Febrianto
Mahasiswa Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan
Seri Cerita dari Desa menampilkan potret kehidupan petani yang ditulis oleh mahasiswa peserta program Muda-Mudi Peduli Pertanian Cerdas Iklim Land4Lives, berdasarkan pengalaman mereka mendampingi petani beradaptasi dengan dampak perubahan iklim.
Desa Muara Merang terletak di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, tepatnya di Kecamatan Bayung Lencir. Dusun Pancoran merupakan salah satu dusun yang berada di Desa Muara Merang. Mayoritas penduduk di Dusun Pancoran adalah sebagai petani, baik sawit maupun karet.
Petani di Desa Muara Merang perlu mengubah pola pikirnya tentang penggunaan atau pembuatan pupuk organik, hal ini terutama karena pupuk organik bisa meminimalkan pengeluaran petani untuk membeli pupuk kimia, sehingga kebutuhan yang digunakan untuk pembelian pupuk kimia bisa digunakan untuk keperluan lainnya.
Selain itu, pupuk organik dapat memperbaiki ketersediaan unsur hara tanah dan mikroorganisme tanah yang diperlukan agar tanah bisa mendukung hasil sawit dan karet yang baik.
Bapak Supardal (37 tahun) adalah salah satu petani sawit di Dusun Pancuran Desa Muara Merang di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, yang mempunyai pembibitan kelapa sawit yang rencananya untuk ditanam di kebun pribadi miliknya. Saat ini Pak Supardal menggunakan pupuk organik cair untuk mendukung pertumbuhan bibit kelapa sawit di pembibitannya.
Awal mula Pak Supardal menerapkan hal tersebut adalah karena beliau mendapat ilmu dari ICRAF Indonesia melalui kegiatan riset-aksi Land4Lives tentang cara membuat pupuk organik cair maupun padat. Dari pembelajaran tersebut, Pak Supardal menerapkan penggunaan pupuk organik cair selama 15 hari berturut-turut di pembibitan kelapa sawitnya.
Dari hasil pengamatan di pembibitan kelapa sawit Pak Supardal, pemberian pupuk organik cair mampu meningkatkan pertumbuhan bibit tanaman sawit yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, diameter bonggol, volume akar, berat kering akar, selain itu juga cenderung meningkatkan berat kering tajuk.
Pupuk organik sebagai pengganti pupuk kimia memiliki peranan yang penting terutama untuk perbaikan tanah dan juga pengurangan emisi karbon karena terutama pada penggunaan pupuk nitrogen (urea, ZA). Nitrogen yang menguap ke udara dapat menjadi polutan kimia yang dapat mengakibatkan terjadinya fenomena gas rumah kaca.
Penggunaan pupuk organik yang dilakukan oleh Pak Supardal sejak awal 2024 tidak hanya di pembibitan, tapi juga di kebun sawitnya sendiri. Menurut Pak Supardal, penggunaan pupuk organik mengurangi terjadinya trek buah yang dialami jika tanaman sawit tidak dipupuk, seperti yang banyak dialami oleh petani lainnya yang tidak menggunakan pupuk baik pupuk kimia maupun pupuk organik di kebun sawitnya.
Dengan menggunakan pupuk organik di kebun sawitnya, Pak Supardal dapat memperoleh sekitar 200 kg buah sawit segar untuk setengah hektar lahannya dalam setiap 1 kali panen setiap 10 hari.
Pak Supardal juga memperhatikan terjadi perubahan dari kondisi tanahnya dengan menggunakan pupuk organik cair, yaitu saat ini tanahnya sudah lebih sehat dengan ditemukannya cacing di tanah kebunnya. Hal tersebut menandakan bahwasanya dengan pemupukan pupuk organik baik padat maupun cair dapat mengembalikan mikroorganisme tanah.
Secara teori, pemakaian pupuk organik secara berkesinambungan memberikan manfaat jangka panjang untuk kesehatan tanah melalui mempermudah hara yang ada di tanah untuk diserap tanaman, membantu menjaga kelembaban tanah dan meningkatkan porositas atau kegemburan tanah sehingga memudahkan pergerakan air dan partikel udara dalam tanah, dan menciptakan lingkungan tanah yang mendukung aktivitas mikroorganisme baik.
Bapak Supardal juga mengatakan bahwa dalam kurun waktu dua bulan setelah pemberian pupuk organik, daun kelapa sawit miliknya berubah menjadi hijau yang semula hijau kekuningan dan kemudian terlihat menjadi segar. Oleh karena itu beliau tidak pernah berhenti mengaplikasikan pupuk organik tersebut sampai sekarang.
Untuk tanaman sawitnya yang sudah menghasilkan, Pak Supardal mencampurkan pupuk organik cair dengan pupuk kimia dengan dosis 1 kg NPK 16 16 16 untuk 200 liter pupuk organik cair.
Kesuksesan penggunaan pupuk organik yang sudah dicapai oleh Pak Supardal saat ini sudah diketahui oleh petani lainnya di Desa Muara Merang. Sebagian besar dari petani lainnya mengakui bahwa pembibitan kelapa sawit Pak Supardal yang diberikan pupuk organik menjadi cepat besar dan memiliki daun yang hijau segar.
Hal ini menyebabkan para petani lainnya menjadi penasaran untuk mencoba pendekatan penggunaan pupuk organik yang sudah berhasil diterapkan oleh Pak Supardal. Harapannya meningkatnya ketertarikan petani lainnya belajar dari kesuksesan Pak Supardal dapat mengubah pola pikir mereka untuk mulai menggunakan pupuk organik untuk pelengkap penggunaan pupuk kimia ataupun untuk mengganti pupuk kimia jika harga pupuk mahal.
Ketertarikan tersebut juga perlu didukung dengan edukasi ataupun penyuluhan tentang pembuatan dan penggunaan pupuk organik maupun manfaatnya jika dilihat dari sisi ekonomi dan lingkungan.
Baca artikel lainnya dalam seri Cerita dari Desa