January 2, 2025

Cerita dari Desa #16: Upaya mengurangi ketergantungan petani pada tengkulak

Aldi
Mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Pangkep, Sulawesi Selatan


Seri Cerita dari Desa menampilkan potret kehidupan petani yang ditulis oleh mahasiswa peserta program Muda-Mudi Peduli Pertanian Cerdas Iklim Land4Lives, berdasarkan pengalaman mereka mendampingi petani beradaptasi dengan dampak perubahan iklim.


Bersama Ibu Ramlah, salah satu tengkulak di desa Maggenrang. (Aldi/ICRAF Indonesia)

Di Desa Maggenrang, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, petani dan tengkulak menjalin hubungan yang kompleks, di mana tengkulak memainkan beragam peran. Tengkulak merupakan pihak yang membeli hasil panen dari petani baik komoditas berupa gabah maupun jagung. Selain itu, tengkulak juga berperan sebagai penghubung antara petani dengan pedagang dan penyedia modal bagi petani.

Peran tengkulak yang beragam menyebabkan petani memiliki ketergantungan yang kuat terhadap mereka. Ketergantungan ini muncul karena tengkulak sering kali menjadi sumber utama atau bahkan satu-satunya akses petani terhadap modal dan pasar.

Tengkulak memberikan modal awal berupa uang panjar atau pinjaman kepada petani untuk memulai atau melanjutkan kegiatan pertanian mereka. Sebagai imbalannya, petani diwajibkan menjual hasil panennya kepada tengkulak dengan harga yang sudah ditentukan oleh tengkulak. Harga yang ditawarkan oleh tengkulak umumnya lebih rendah dibandingkan harga pasar. Hal ini membuat petani sulit untuk mendapatkan keuntungan maksimal dari hasil jerih payah mereka.

Persepsi petani-petani di Desa Maggenrang terhadap tengkulak cenderung campur aduk. Di satu sisi, petani menyadari bahwa tengkulak adalah pihak yang membantu mereka untuk dapat tetap bertani dengan menyediakan modal dan akses pasar. Di sisi lain, petani juga merasa bahwa tengkulak memanfaatkan posisi dominan mereka untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar dengan menetapkan harga beli yang rendah. Selain itu, tengkulak sering kali dianggap sebagai pihak yang membuat petani terjebak dalam lingkaran utang yang sulit diatasi.

Kondisi ini menunjukkan bahwa meskipun tengkulak memainkan peran penting dalam menjaga keberlangsungan usaha pertanian di Desa Maggenrang, ketergantungan yang berlebihan terhadap mereka dapat merugikan petani dalam jangka panjang. Oleh karena itu, perlu dicari solusi untuk mengurangi ketergantungan petani terhadap tengkulak tanpa mengabaikan peran penting yang mereka mainkan dalam ekosistem pertanian desa tersebut.

Melibatkan tengkulak dalam perbaikan rantai pasar, mungkinkah?

Melibatkan tengkulak dalam perbaikan rantai pasar komoditas pangan di Desa Maggenrang dapat menjadi salah satu strategi untuk mengurangi dampak negatif dari ketergantungan petani terhadap mereka. Dalam konteks ini, tengkulak tidak hanya dipandang sebagai penghubung antara petani dan pasar, tetapi juga sebagai mitra dalam pengembangan sistem pasar yang lebih adil dan transparan.

Salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah dengan membangun kemitraan antara tengkulak, petani, dan lembaga keuangan seperti Bank Sulselbar. Melalui kemitraan ini, tengkulak bisa dilibatkan dalam program-program pelatihan dan pengembangan yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas mereka dalam menilai potensi bisnis petani, menetapkan harga yang lebih adil, dan membantu petani mengakses sumber daya finansial dengan lebih mudah.

Kemitraan ini juga bisa mencakup perjanjian yang lebih transparan dan menguntungkan kedua belah pihak. Misalnya, tengkulak bisa diberikan insentif untuk membeli hasil panen dengan harga yang lebih kompetitif, sementara petani mendapatkan akses ke modal dengan bunga yang lebih rendah melalui kerjasama dengan Bank Sulselbar. Dengan cara ini, petani tidak hanya terbantu dalam hal modal, tetapi juga memiliki kepastian bahwa hasil panen mereka akan dibeli dengan harga yang lebih adil.

Selain itu, peran tengkulak dalam rantai pasok juga bisa diperluas dengan melibatkan mereka dalam kegiatan-kegiatan edukasi dan penyuluhan kepada petani. Tengkulak yang sudah memiliki pengetahuan pasar yang luas bisa berbagi informasi mengenai tren harga, permintaan pasar, dan teknik-teknik peningkatan kualitas hasil panen. Dengan demikian, petani bisa meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil panen mereka, yang pada akhirnya akan meningkatkan daya tawar mereka di pasar.

Meskipun melibatkan tengkulak dalam perbaikan rantai pasar komoditas pangan dapat menjadi solusi yang efektif, perlu juga diperhatikan bahwa kemitraan ini harus didasari oleh prinsip-prinsip keadilan dan transparansi. Tengkulak harus benar-benar dilibatkan sebagai mitra yang setara, bukan sebagai pihak yang mendominasi dan mengeksploitasi petani. Dengan demikian, diharapkan ketergantungan petani terhadap tengkulak bisa dikurangi, dan kesejahteraan petani di Desa Maggenrang bisa meningkat.

Upaya Land4Lives memperbaiki rantai pasar komoditas pangan

Kegiatan riset-aksi Land4Lives (L4L) bertujuan meningkatkan ketahanan pangan dan kesejahteraan petani melalui pengelolaan bentang lahan yang peka gender, serta meningkatkan penghidupan yang tahan iklim dan fluktuasi ekonomi. Salah satu fokus utama dari program ini adalah mengurangi ketergantungan petani terhadap tengkulak dengan memperbaiki rantai pasar komoditas pangan.

Salah satu praktik yang direncanakan dalam program L4L adalah memfasilitasi petani untuk mengakses sumber daya finansial melalui kerjasama dengan Bank Sulselbar. Bank akan menilai usaha atau bisnis yang dijalankan oleh petani untuk menentukan kelayakan mereka menerima bantuan finansial. Petani yang memenuhi kriteria akan diberikan akses ke modal dengan bunga yang lebih rendah dibandingkan yang ditawarkan oleh tengkulak baik itu dalam bentuk pinjaman atau berupa dana hibah. Langkah ini diharapkan dapat membantu petani mengurangi ketergantungan pada tengkulak untuk mendapatkan modal.

Kegiatan pelatihan bisnis di kantor Desa Maggerang. (Aldi/ICRAF Indonesia)

Selain itu, program L4L juga telah memberikan pelatihan-pelatihan kepada kelompok belajar petani tentang perencanaan modal bisnis, leadership, dan potensi pengembangan komoditas di desa menjadi sebuah bisnis. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas petani dalam mengelola usaha pertanian mereka secara mandiri. Dengan pengetahuan dan keterampilan yang lebih baik, petani diharapkan bisa mengambil keputusan yang lebih cerdas dalam mengelola modal, meningkatkan produktivitas, dan mengakses pasar secara langsung tanpa harus bergantung pada tengkulak.

Praktik-praktik perbaikan ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan akses petani terhadap modal, tetapi juga untuk membangun sistem pasar yang lebih adil dan transparan. Misalnya, program L4L akan membantu petani dalam membangun koperasi atau kelompok usaha bersama yang dapat berfungsi sebagai wadah untuk menjual hasil panen dengan harga yang lebih kompetitif. Kelompok usaha/Koperasi ini juga bisa berperan sebagai lembaga yang menyediakan informasi pasar, sehingga petani tidak lagi berada dalam posisi yang lemah saat bernegosiasi dengan pembeli.

Dengan memfasilitasi akses ke sumber daya finansial dan memberikan pelatihan-pelatihan yang relevan, diharapkan petani di Desa Maggenrang bisa mengurangi ketergantungan mereka terhadap tengkulak. Praktik-praktik ini juga diharapkan dapat memperbaiki dampak negatif dari ketergantungan tersebut, seperti harga jual yang rendah dan keterbatasan akses informasi pasar. Dalam jangka panjang, diharapkan petani bisa mencapai kemandirian ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan mereka.

Mengurangi ketergantungan petani pada tengkulak

Agar petani di Desa Maggenrang dapat hidup tanpa ketergantungan pada tengkulak, beberapa langkah strategis perlu dilakukan. Langkah-langkah ini melibatkan peran aktif petani, lembaga keuangan, pemerintah, dan program-program seperti L4L.

Pertama, membangun kelompok usaha. Inisiatif ini dapat menjadi solusi efektif untuk mengurangi ketergantungan pada tengkulak. Melalui kelompok usaha, petani dapat mendapatkan akses ke modal dengan bunga rendah, membeli sarana produksi secara kolektif, dan menjual hasil panen dengan harga yang lebih kompetitif. Koperasi juga bisa berfungsi sebagai wadah untuk berbagi informasi pasar dan teknik-teknik pertanian yang lebih baik. Selain itu, kelompok usaha ini juga memungkinkan petani membeli sarana produksi secara kolektif. Misalnya, pembelian pupuk, benih, dan alat pertanian dalam jumlah besar bisa mendapatkan harga grosir yang lebih murah. Hal ini tentu akan mengurangi biaya produksi dan meningkatkan keuntungan petani. Dalam hal pemasaran, kelompok usaha dapat berfungsi sebagai wadah untuk menjual hasil panen dengan harga yang lebih kompetitif. Dengan menjual secara kolektif, petani memiliki kekuatan tawar yang lebih besar dan dapat menghindari harga rendah yang biasanya ditawarkan oleh tengkulak. Koperasi juga dapat mengatur distribusi hasil panen ke pasar yang lebih luas, termasuk pasar modern atau ekspor.

Kedua, memberikan pelatihan. Petani perlu mendapatkan pelatihan dan pendidikan tentang manajemen usaha pertanian, perencanaan modal bisnis, dan teknik-teknik pertanian modern. Program L4L berperan penting dalam memberikan pelatihan ini. Dengan pengetahuan yang lebih baik, petani bisa mengelola usaha mereka dengan lebih efisien dan mengurangi ketergantungan pada tengkulak untuk mendapatkan modal dan akses pasar. Misalnya, pelatihan manajemen usaha pertanian dapat mencakup pengetahuan tentang pembukuan sederhana, pengelolaan keuangan, dan strategi pemasaran. Dengan pengetahuan ini, petani bisa membuat perencanaan yang lebih baik untuk musim tanam, mengelola pendapatan dan pengeluaran dengan lebih efektif, serta mengidentifikasi peluang pasar yang menguntungkan.

Ketiga, akses ke sumber daya finansial. Petani harus diberikan akses ke sumber daya finansial yang lebih baik. Kerjasama dengan Bank Sulselbar untuk menyediakan pinjaman dengan bunga rendah adalah langkah yang tepat. Selain itu, pemerintah juga bisa memberikan subsidi atau insentif kepada petani yang mengikuti program-program peningkatan kapasitas.

Keempat, pengembangan rantai pasok (supply chain) pasar. Infrastruktur pasar yang lebih baik bisa membantu petani untuk menjual hasil panen mereka secara langsung tanpa harus melalui tengkulak. Pemerintah bisa membangun pasar-pasar lokal yang mudah diakses oleh petani, serta menyediakan fasilitas penyimpanan dan transportasi yang memadai.

Kelima, dukungan kebijakan pemerintah. Dukungan kebijakan pemerintah sangat penting dalam mengurangi ketergantungan petani terhadap tengkulak. Pemerintah harus mendukung program-program yang meningkatkan kesejahteraan petani, seperti subsidi, insentif, dan kebijakan yang mempromosikan pasar yang adil. Misalnya, pemerintah bisa memberikan subsidi untuk pembelian sarana produksi, seperti pupuk dan benih, sehingga biaya produksi petani bisa lebih rendah. Selain itu, pemerintah bisa mengimplementasikan kebijakan yang melindungi harga jual petani, seperti harga pembelian minimum atau intervensi pasar saat harga turun drastis. Dengan kebijakan ini, petani akan merasa lebih aman dan tidak perlu bergantung pada tengkulak untuk menjual hasil panen mereka. Pemerintah juga bisa mendorong pembentukan koperasi dan kelompok usaha petani melalui regulasi dan insentif. Misalnya, memberikan bantuan teknis dan finansial untuk pendirian koperasi, serta memberikan insentif pajak bagi koperasi yang aktif memasarkan hasil panen petani.

Meningkatkan kesejahteraan petani di Desa Maggenrang memerlukan pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan. Dengan mengurangi ketergantungan pada tengkulak melalui akses finansial yang lebih baik, pelatihan, dan pengembangan infrastruktur pasar, petani dapat meningkatkan kemandirian ekonomi mereka.

Pelatihan-pelatihan yang diberikan dan fasilitasi oleh program L4L ini diharapkan memberikan dampak positif bagi masyarakat di Desa Maggenrang. Dengan kolaborasi antara petani, tengkulak, lembaga keuangan, dan pemerintah, Desa Maggenrang dapat menuju masa depan yang lebih adil dan berkelanjutan bagi petani dan komunitas secara keseluruhan.


Opini mewakili pandangan pribadi penulis dan bukan pandangan ICRAF Indonesia.

Baca artikel lainnya dalam seri Cerita dari Desa