Angellina Appulembang, Muhammad Afsal
Mahasiswa Universitas Hasanuddin dan Politeknik Pertanian Pangkep, Sulawesi Selatan
Seri Cerita dari Desa menampilkan potret kehidupan petani yang ditulis oleh mahasiswa peserta program Muda-Mudi Peduli Pertanian Cerdas Iklim Land4Lives, berdasarkan pengalaman mereka mendampingi petani beradaptasi dengan dampak perubahan iklim. Tulisan ini mewakili pandangan pribadi penulis.
Goa Mampu terletak di desa Cabbeng, Kecamatan Dua Boccoe, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Satu-satunya goa yang ada di desa Cabbeng ini menyimpan sebuah legenda yang menarik sehingga dijadikan sebagai destinasi wisata. Legenda yang beredar yaitu mengenai kampung yang dikutuk menjadi batu. Selain untuk destinasi wisata, goa ini juga menjadi tempat hidup banyak kelelawar di mana hal ini bisa memberikan keuntungan bagi masyarakat setempat. Salah satunya, kotoran kelelawar yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik.
Pupuk organik adalah pupuk berbahan organik yang tersusun dari materi makhluk hidup dan digunakan untuk memperbaiki kondisi pada tanah dan meningkatkan kesuburan tanah. Pupuk organik kini sedang gencar digunakan dalam kegiatan pertanian maupun perkebunan. Jenis pupuk organik saat ini sangat beragam mulai dari pupuk kompos, pupuk organik cair, pupuk bokashi, pupuk kandang, dan lain-lain. Akan tetapi, di Desa Cabbeng para petani lebih banyak menggunakan pupuk kompos dan pupuk organik cair.
Pupuk guano merupakan pupuk organik yang dihasilkan dari kotoran kelelawar yang sudah lama berada di dalam goa dan telah bercampur dengan tanah serta bakteri-bakteri pengurai. Di dalam pupuk guano, diyakini terdapat banyak kandungan unsur penyusun yang membantu proses pertumbuhan tanaman sehingga tumbuh lebih cepat jika dibanding dengan pupuk organik pada umumnya. Mengandung bahan organik yang dapat menyuburkan tanah, pupuk guano memiliki kandungan utama fosfor dan nitrogen, dan juga mengandung kalium, kalsium, magnesium, dan sulfur.
Bapak Ansar, sebagai pengelola guano dari Goa Mampu, telah lama menekuni pembuatan pupuk organik berbahan dasar guano ini dan telah membuktikan bahwa tanaman yang ditambahkan pupuk guano lebih efektif pertumbuhannya. Pembuatan pupuk guano yang telah ditekuni oleh Bapak Ansar dan dibuat dengan cara sederhana. Beliau menggunakan bahan-bahan yang mudah didapat di daerah sekitarnya, seperti urine ternak contohnya sapi, EM4 atau tetes tebu sebagai makanan bakteri selama proses fermentasi, air belerang yang mengandung nitrogen yang baik untuk pertumbuhan tanaman, dan kotoran kelelawar yang merupakan bahan baku utama dalam pembuatan pupuk organik.
Pupuk organik yang dibuat dari guano ini sangatlah unik, karena tidak hanya bisa dibuat sebagai pupuk organik cair tapi bisa juga ampas dari pupuk ini dijadikan sebagai pupuk organik padat. Setelah melalui proses fermentasi selama kurang lebih 2 minggu, pupuk kemudian disaring untuk dipisahkan dari ampasnya. Penggunaan pupuk cair guano ini sangat efektif menurut bapak Ansar karena selang sehari penyiraman pupuk guano ini sudah menampakkan hasil yang begitu signifikan yaitu dengan pertumbuhan tinggi tanaman. Selain untuk pertumbuhan tanaman, penyemprotan pupuk cair guano juga efektif untuk menghilangkan hama atau kutu daun pada tanaman.
Manfaat penggunaan pupuk guano sudah dirasakan oleh Pak Ansar bahkan sebelum adanya proyek Land4Lives. Dengan melihat potensi dan peluang dari adanya pupuk guano ini Land4Lives berupaya untuk mengajak masyarakat sekitar agar bisa juga memanfaatkan kotoran kelelawar sebagai pupuk untuk kebun mereka. Melalui Land4Lives produk pupuk organik dari kotoran kelelawar akan dijadikan sebagai salah satu produk unggulan di Desa Cabbeng untuk peluang usaha sehingga masyarakat bisa mendapatkan kemudahan akses pasar maupun pendanaan. Masyarakat Desa Cabbeng berharap keberadaan Goa Mampu yang merupakan habitat kelelawar dapat dilindungi dari eksploitasi yang merusak.
Opini mewakili pandangan pribadi penulis dan bukan pandangan resmi CIFOR-ICRAF Indonesia
Baca artikel lainnya dalam seri Cerita dari Desa