June 5, 2025

Cerita dari Desa #36: Menanam padi di pekarangan sempit

Yuniarti
Mahasiswa Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan


Seri Cerita dari Desa menampilkan potret kehidupan petani yang ditulis oleh mahasiswa peserta program Muda-Mudi Peduli Pertanian Cerdas Iklim Land4Lives, berdasarkan pengalaman mereka mendampingi petani beradaptasi dengan dampak perubahan iklim.


Suhaemi merawat tanaman padinya. (Foto: Yuniarti)

Lahan sempit di sekitar rumah ternyata dapat dimanfaatkan untuk meringankan kebutuhan pangan dan membantu ekonomi keluarga. Hal itulah yang dilakukan Suhaemi (37) dengan menanam padi berjenis inpari 32 di lahan samping rumahnya di desa Beringin Agung, Kab. Banyuasin, Sumatera Selatan.

“Awalnya, saya berpikir kenapa saya tidak mencoba untuk menanam padi saja di samping rumah? Saya berpikir dengan melakukan hal tersebut dapat membantu meringankan ekonomi rumah tangga sehingga tidak harus membeli kebutuhan pangan terus menerus, selain itu lebih dekat dan perawatannya lebih mudah dan menjadikan lingkungan lebih hijau dan indah” kata Suhaemi.

Suhaemi mulai mengolah lahan itu dengan membersihkannya dari sampah dan rumput liar. Kemudian, dia menyemai benih padi. Setelah tumbuh, bibit padi dipindah tanam secara merata di seluruh lahan yang telah disiapkan sebelumnya.

“Saya banyak belajar dan termotivasi oleh para petani-petani yang ada di sekitar lingkungan yang sudah ahli dalam bidang pertanian dan ditambah lagi saya banyak belajar dari CIFOR-ICRAF”, jelasnya.

Suhaemi merawat padi-padinya dengan mengontrol usia tanaman dan memperhatikan rumput yang ada di sekitar tanaman, serta melakukan pemupukan menggunakan pupuk NPK Phonska dan urea untuk memastikan padi tersebut mendapatkan nutrisi yang cukup.  Dalam kurun waktu tiga bulan, perempuan itu biasanya sudah bisa memanen hasil padinya.

Salah satu alasan Suhaemi memilih bertani di lahan sempit adalah karena perawatannya yang relatif mudah. Dalam hal pengendalian hama, dia lebih memilih metode alami, seperti membersihkan gulma secara manual, untuk mengurangi risiko kerusakan pada tanaman. Proses panen dilaksanakan dengan hati-hati dan telaten untuk menjaga agar hasil panennya tetap optimal. Meskipun lahan yang digunakan kecil dan terbatas, hasil panen yang didapatkan Suahaemi cukup untuk kebutuhan beras beberapa bulan.

Pemanfaatan lahan ini tidak hanya sekedar membantu dalam perekonomian keluarga, tetapi juga secara tidak langsung memberi motivasi kepada para petani-petani lainnya khususnya anak muda untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menemukan hal-hal baru yang bermanfaat dan menghasilkan.

Bagi Suhaemi, bertani di lahan sempit bukan sekadar aktivitas ekonomi, tetapi juga cara untuk menjaga lingkungan tetap hijau dan indah. “Saya berharap lebih banyak orang yang termotivasi untuk memanfaatkan lahan-lahan sempit di sekitar rumah mereka. Dengan cara ini, tidak hanya kebutuhan pangan keluarga yang terpenuhi, tetapi juga lingkungan menjadi lebih hijau dan sehat”, ujarnya.

Tidak hanya ditanami padi, Suhaemi juga melakukan rotasi tanaman dengan mengganti jenis tanaman padi ke sayuran maupun tanaman obat-obatan; dengan begitu, pemanfaatan lahan akan terus berlanjut.

Pengalaman dan cerita Suhaemi membuktikan bahwa dengan adanya niat, keyakinan, kreativitas, dan kemauan untuk belajar, keterbatasan lahan bukanlah halangan untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat dan berpeluang untuk menciptakan hal baru yang lebih positif dan memotivasi banyak orang.

Memanfaatkan lahan sempit di sekitar rumah sebagai solusi inovatif untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga juga langkah penting dalam meningkatkan kemandirian ketahanan pangan. Area kecil yang sering dianggap tidak penting dapat dioptimalkan untuk menanam sayuran, buah-buahan, atau tanaman herbal yang dibutuhkan sehari-hari. Teknik seperti hidroponik, vertikultur, atau taman gantung memungkinkan hasil yang maksimal meskipun ruang terbatas. Upaya ini tidak hanya mengurangi ketergantungan pada suplai pangan dari luar, tetapi juga menjamin kualitas dan kesegaran hasil panen.

Selain itu, penggunaan lahan tersebut mendukung pola hidup ramah lingkungan serta memberikan keuntungan tambahan berupa pemanfaatan limbah rumah tangga sebagai kompos. Dengan biaya yang terjangkau dan perawatan yang mudah, pengelolaan lahan pekarangan rumah membuat keluarga menjadi lebih mandiri pangan.


Artikel ini ditulis oleh mitra kerja dan diterbitkan dengan izin penulis. Artikel ini mewakili pandangan pribadi penulis dan belum tentu mewakili pendapat resmi dari CIFOR-ICRAF Indonesia.

Baca artikel lainnya dalam seri Cerita dari Desa di sini