Gusti Randa
Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya
Seri Cerita dari Desa menampilkan potret kehidupan petani yang ditulis oleh mahasiswa peserta program Muda-Mudi Peduli Pertanian Cerdas Iklim Land4Lives, berdasarkan pengalaman mereka mendampingi petani beradaptasi dengan dampak perubahan iklim. Tulisan ini mewakili pandangan pribadi penulis.
Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang penting karena mengandung senyawa-senyawa yang diperlukan untuk memulihkan dan memperbaiki jaringan tubuh yang rusak dan menghasilkan energi untuk kepentingan berbagai kegiatan dalam kehidupannya. Ketersediaan pangan yang terbatas atau langka dapat menciptakan ketidakstabilan ekonomi dan menurunkan kualitas asupan dan kecukupan gizi masyarakat yang dapat menurunkan tingkat kesehatan masyarakat.
Kelangkaan pangan atau krisis pangan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, Salah satunya adalah akibat perubahan iklim. Perubahan iklim berpengaruh terhadap ketahanan pangan karena menyebabkan terjadi pergeseran musim hujan atau kemarau yang sangat mempengaruhi pola dan waktu tanam tanaman pangan. Perubahan iklim ditandai dengan suhu yang semakin tinggi dan curah hujan yang semakin berkurang dan tidak menentu sehingga dapat menyebabkan gagal panen dan menurunkan produksi bahan baku pangan.
Desa Kepayang, yang terletak di Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatra Selatan, berjarak sekitar delapan jam dari pusat ibukota kabupaten. Dari desa, biasanya harus menempuh jalur air melewati sungai anak Musi dengan menggunakan speedboat. Jika perjalanan ingin dilanjutkan ke Kota Palembang, maka dibutuhkan sekitar tiga jam lagi. Letaknya memang di pinggiran Sumatera Selatan, sehingga desa ini bisa disebut terdalam atau terpencil. Penduduk di desa ini sembilan puluh persen pendatang dari berbagai suku bangsa, dari mulai Suku Palembang, OKI, Batak, Sunda, bersatu padu dalam desa ini. Akses listrik dan internet pun terbatas karena belum ada PLN masuk sehingga masyarakat menggunakan PLTD, genset, dan sinar surya untuk penerangan itupun hanya berlaku dari jam enam sore sampai jam enam pagi.
Masyarakat di Desa Kepayang mayoritas petani karet dan kelapa sawit yang saat ini sering terkendala dengan adanya perubahan iklim yang dapat menimbulkan penurunan penghasilan petani. Oleh karena itu ICRAF hadir dengan “Pertanian Cerdas Iklim”, yaitu suatu pendekatan untuk membantu suatu pengolahan sistem pertanian yang terdampak perubahan iklim. Pendekatan yang dilakukan dengan integratif mengatasi tantangan yang saling terkait antara perubahan iklim dan ketahanan pangan serta diharapkan bisa mencapai tujuan peningkatan produktivitas petani untuk pendapatan secara berkelanjutan, ketahanan pangan dan pembangunan secara merata.
ICRAF membentuk kelompok belajar yang di dalamnya perlu keterlibatan 40% wanita sebagai salah satu upaya kesetaraan gender dalam memperoleh pengetahuan untuk mengatasi dampak perubahan iklim dalam sektor pertanian. Dampak adanya perubahan iklim ini, sangat dirasakan oleh masyarakat di Desa Kepayang terutama di kalangan ibu-ibu, salah satunya adalah melonjaknya harga bahan pangan dan kelangkaan bahan pangan, seperti cabai, sayur-sayuran dan kebutuhan dapur lainnya, Karena penghasilan masyarakat di Desa Kepayang dari bertani karet dan kelapa sawit sehingga keuangan rumah tangga petaninya cukup terguncang akibat meningkatnya pengeluaran rumah tangga karena harga bahan pangan melonjak naik, dan adanya penurunan produksi karet dan sawit akibat perubahan cuaca.
Adanya kelompok belajar yang dibina oleh ICRAF, menciptakan strategi untuk mengatasi adanya guncangan ekonomi dalam rumah tangga petani, salah satunya melalui kebun dapur. Ada 3 pendekatan dilakukan melalui kebun dapur yaitu: Berkebun dengan organik (Menggunakan pupuk organik pada maupun pupuk organik cair dan pestisida nabati), Berkebun dengan baik (Menanam dengan tumpang sari dan mengatur jarak tanam), dan Berkebun berkelanjutan (Rotasi tanam dan menanam kembali untuk tahun berikutnya). Melalui 3 pendekatan tersebut diharapkan masyarakat di Desa Kepayang terutama di kalangan ibu-ibu dapat mengurangi dampak kelangkaan pangan akibat terjadinya perubahan iklim. Dengan menanam sendiri kebutuhan dapur dengan cara organik dapat mengontrol penggunaan zat-zat kimia terhadap tanaman yang ditanam sehingga pangan yang dihasilkan lebih sehat.
Ibu Siti Hasna merupakan salah satu warga Desa Kepayang yang sekaligus merupakan anggota belajar ICRAF, melakukan budidaya tanaman sayuran di halaman belakang rumahnya. Menurut beliau, kegiatan membuat kebun dapur di belakang rumahnya mampu mengurangi biaya belanja kebutuhan di dapur selain itu beliau juga memanfaatkan limbah dapur untuk dijadikan kompos, sehingga sampah organik yang biasanya terbuang kini menjadi pupuk alami untuk tanaman kebun dapur. Perlahan kini beliau pun mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia yang biasanya meningkatkan pengeluaran dalam bertani. Harapan masyarakat desa Kepayang dengan program pembinaan kebun dapur seperti yang sudah dilakukan oleh ICRAF, bisa berlanjut karena sangat berdampak baik bagi masyarakat di Desa Kepayang, terutama ibu-ibu karena dapat membantu penyediaan pangan bagi rumah tangga dengan biaya pengeluaran rumah tangga yang lebih minim, dengan demikian guncangan ekonomi akibat adanya perubahan iklim terhadap pendapatan petani dapat diatasi.
Artikel ini mewakili pandangan pribadi penulis dan bukan pandangan resmi CIFOR-ICRAF Indonesia
Baca artikel lainnya dalam seri Cerita dari Desa