Deskripsi Area

Di Sulawesi Selatan, program Land4Lives difokuskan pada adaptasi terhadap perubahan iklim di Kabupaten Bone, terutama di 12 desa yang terletak di dua sub-DAS Walanae. DAS Walanae sendiri termasuk dalam DAS prioritas pertama di Indonesia yang harus direhabilitasi karena mengalami degradasi tutupan lahan. Pemilihan sub-lanskap proyek difokuskan di Kabupaten Bone, yang merupakan bagian dari Sub DAS Walanae Tengah dan Walanae Hilir.

DAS Walanae merupakan salah satu dari tujuh belas DAS di Sulawesi Selatan yang dikelola oleh Badan Pengelola DAS Jeneberang – Walanae. Luas DAS 478.932,72 hektar tersebar di sembilan kabupaten, Enrekang, Pinrang, Luwu, Sidrap, Tana Toraja, Maros, Bone, Soppeng dan Wajo. DAS ini terbagi menjadi tujuh sub-DAS: Batu Puteh, Malanroe, Mario, Minraleng, Sanrego, Walanae Hilir dan Walanae Tengah.

DAS Billa – Walanea di Bone didominasi oleh sawah (45%) dan tanaman tahunan bercampur semak belukar (29%), sedangkan hutan sekunder masih berupa petak-petak di dataran tinggi di hulu DAS. Luas tanaman tahunan bercampur semak meningkat pada tahun 2006 dan 2020 seiring dengan semakin berkurangnya tutupan hutan di kawasan tersebut (Ilham 2022). Ketergantungan yang tinggi terhadap hutan sebagai sumber lahan pertanian masih menjadi permasalahan di wilayah tersebut yang tercermin dari konversi hutan menjadi lahan pertanian. Sebaliknya, Ilham (2022) memperkirakan konversi hutan menjadi pertanian masih bisa berlanjut hingga tahun 2034 jika tidak ada kebijakan perbaikan.

Risiko kekeringan yang tinggi ditunjukkan pada bagian hulu hingga tengah sungai yang tutupan vegetasinya rendah, seperti sawah dan tanaman tahunan bercampur semak belukar. Wilayah hilir dan pesisir cenderung berisiko sedang hingga rendah terhadap kekeringan. Di lokasi lain, risiko banjir yang tinggi sebagian besar terjadi di wilayah hilir dan pesisir pantai dengan sebagian wilayah petak berada di bagian tengah sungai. Analisis ini sejalan dengan Muspida dkk. (2021) yang mempublikasikan daerah rawan banjir di Bone yang terletak di wilayah pesisir kecamatan Dua Boccoe yang meliputi sembilan desa, Unyi, Uloe, Pekkasalo, Kampoti, Tocina, Tawaroe, Solo dan Matajang.

Dua sub lanskap yang terdiri dari dua sub sub-DAS adalah: (1) sub sub-DAS di hulu dan (2) sub sub-DAS di tengah, hilir, dan pesisir dipilih sebagai daerah percontohan proyek. Di bagian hulu, tujuh sub sub-DAS yang dikategorikan dalam keseimbangan jasa ekosistem rendah, sedang dan tinggi dinominasikan sebagai calon lokasi. Sedangkan di bagian tengah, hilir, dan pesisir kami memilih delapan sub sub-DAS sebagai calon lokasi.

Karakteristik masing-masing DAS berdasarkan penyediaan, permintaan dan keseimbangan jasa ekosistem, risiko bencana (banjir dan kekeringan), indeks ketahanan dan kerentanan pangan sebagai bahan pertimbangan dalam proses seleksi. Jumlah desa yang tercakup dalam setiap DAS dan luas DAS di Kabupaten Bone menjadi lapisan pertimbangan lain dalam pemilihan sub-lanskap.

Diskusi kelompok terfokus (FGD) dengan pemangku kepentingan terkait di tingkat provinsi dan kabupaten, laki-laki maupun perempuan, dilakukan pada proses pemilihan sub-lanskap. Dari 15 sub sub-DAS yang dicalonkan di Bone, enam sub sub-DAS dipilih secara partisipatif. Tiga sub sub-DAS berada di bagian hulu dan tiga sub sub-DAS di bagian hilir.

Kiri: Peta tutupan lahan DAS Billa-Walanae. Provinsi Sulawesi Selatan (sumber: KLHK 2020)
Kanan: Sub-lanskap terpilih di wilayah hulu, tengah, hilir, dan pesisir Sub DAS Billa-Walanae di Bone.