August 1, 2025

Dorong Pertanian Cerdas Iklim, CIFOR-ICRAF dan UNSRI ajak petani olah limbah jadi arang hayati

Peserta pelatihan mendengarkan penjelasan dosen UNSRI tentang biochar. (Syamsul Asinar/CIFOR-ICRAF Indonesia)

CIFOR-ICRAF Indonesia, melalui riset-aksi Land4Lives, bekerja sama dengan Universitas Sriwijaya (UNSRI) melatih petani untuk mengolah limbah sekam padi menjadi biochar alias arang hayati. Pelatihan ini diadakan di Desa Ganesha Mukti, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, untuk mendorong praktik pertanian berkelanjutan dalam rangka mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

Biochar adalah arang hayati yang dibuat dari bahan organik melalui proses pirolisis dengan oksigen terbatas.  Biochar dapat dibuat dengan memanfaatkan limbah hasil pertanian, salah satunya sekam padi.

Di bidang pertanian, biochar dapat digunakan sebagai pembenah tanah yang dapat meningkatkan kesuburan, memperbaiki aspek fisika dan kimia maupun biologi tanah, serta meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air dan unsur hara. Bahan alami ini cocok untuk diterapkan di lahan-lahan yang miskin unsur hara, terlalu banyak terpapar bahan-bahan agrokimia, maupun lahan sub-optimal seperti pada lahan gambut.

Menurut staf lapangan CIFOR-ICRAF Indonesia di Sumatera Selatan Syamsul Asinar, desa Ganesha Mukti adalah lokasi strategis bagi upaya CIFOR-ICRAF Indonesia dan UNSRI dalam mendorong praktik pertanian berkelanjutan.

“Sebagai lumbung padi yang masih bertahan di tengah laju alih fungsi sawah ke lahan sawit, Desa Ganesha Mukti punya potensi besar untuk mengolah limbah sekam padi yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal,” ujarnya.

Arang hayati (biochar) yang dihasilkan dari sekam padi. (Syamsul Asinar/CIFOR-ICRAF Indonesia)

Pelatihan di Ganesha Mukti diikuti oleh 80 peserta  yang berasal dari kelompok belajar dan kelompok usaha binaan CIFOR-ICRAF, penyuluh pertanian, serta pemerintah desa, guna memperluas diseminasi pengetahuan di tingkat tapak. Materi pelatihan disampaikan oleh dosen dari Fakultas Pertanian UNSRI, yang membahas pengenalan biochar dan teknologi pirolisis sekam padi.

Dalam pelatihan dijelaskan bahwa biochar memiliki manfaat ekologis dan ekonomi. Selain sebagai media penyimpanan karbon jangka panjang untuk mitigasi perubahan iklim, biochar juga menawarkan solusi pengelolaan limbah biomassa yang ramah lingkungan. Selain itu, biochar berpotensi untuk dikembangkan oleh masyarakat lokal menjadi komoditas bernilai tambah.

Seorang peserta, Suprihati (36), mengaku mendapatkan manfaat dari pelatihan ini. Menurut perempuan itu, limbah sekam padi melimpah di Ganesha Mukti saat musim panen. Bila sudah tidak bisa ditampung oleh pabrik, limbah sekam itu biasanya dibakar. “Sebagian kecil dimanfaatkan untuk tanah, baru sebagian kecil, oleh orang-orang yang telaten, yang sabar dengan proses,” ujarnya.

Kepala Desa Ganesha Mukti, Muhammad Yunus (52), mengatakan desanya akan menyiapkan lahan untuk menguji coba biochar dan membandingkannya dengan penggunaan pupuk-pupuk kimia. “Bagaimana hasilnya, di situlah kami bisa memberikan penilaian tersendiri,” ungkapnya.

Bagi Tuwon (53), pelatihan tentang biochar ini punya arti lebih: menghidupkan kembali wacana tentang pertanian cerdas iklim yang menggunakan bahan-bahan organik untuk menyuburkan tanah.

“Selama ini gerakannya agak tertahan karena minimnya masyarakat yang mau berkumpul ... Mudah-mudahan apa yang didapatkan hari ini bisa menyebar luas ke seluruh warga desa,” kata Tuwon.

Pendekatan kolaboratif

Pelatihan biochar di desa Ganesha Mukti adalah bagian dari program Pengabdian Masyarakat UNSRI. Sebagai wujud dukungan konkret, UNSRI menghibahkan alat pembuat biochar, membiayai uji laboratorium terhadap kandungan biochar, serta menyerahkan peralatan pertanian tambahan kepada kelompok dampingan.

Peserta pelatihan termasuk kelompok usaha dampingan CIFOR-ICRAF Indonesia/Land4Lives di desa Ganesha Mukti. (Syamsul Asinar/CIFOR-ICRAF Indonesia)

Adapun bagi CIFOR-ICRAF Indonesia, pelatihan ini adalah implementasi dari riset-aksi Land4Lives yang dilaksanakan di tiga provinsi – Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Timur – dengan sokongan pemerintah Kanada. Land4Lives dirancang untuk memperkuat kapasitas masyarakat rentan—khususnya petani dan perempuan—dalam menghadapi perubahan iklim melalui pendekatan lanskap berkelanjutan. Salah satu strategi utamanya ialah mendorong adopsi sistem pertanian cerdas iklim sebagai alternatif yang lebih adaptif dan ramah lingkungan dibanding praktik konvensional.

Peneliti senior CIFOR-ICRAF Indonesia Caecilia Yulita Novia menjelaskan, kerja sama ICRAF dan UNSRI adalah bagian dari strategi keberlanjutan (exit strategy) Land4Lives, dengan memperkuat jejaring kelembagaan, integrasi pengetahuan ilmiah dan lokal, serta kepemilikan inisiatif di tingkat daerah.

“Melalui pendekatan kolaboratif, kami turut mendorong keterhubungan antara kelompok masyarakat dan sumber pembiayaan inovatif untuk mendukung skala produksi dan akses pasar yang lebih luas,” pungkasnya. [PA]