Tonggak tata kelola DAS terpadu di NTT

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) telah mengesahkan Rencana Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu (RPDAST) 2025-2040 untuk DAS Benain dan Noelmina. Kedua dokumen yang penyusunannya didukung oleh CIFOR-ICRAF Indonesia ini berisi berbagai resep untuk menjaga sumber air sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar dua DAS terbesar di NTT.
Disahkan oleh Gubernur NTT Melkiades Laka Lena – RPDAST Benain pada 28 Juni 2025 sedangkan RPDAST Noelmina pada 29 September 2025 – RPDAST merekomendasikan perlindungan ekosistem alami di sekitar 100 ribu hektare wilayah DAS Benain dan Noelmina guna menurunkan risiko bencana air seperti banjir, longsor, dan kekeringan. Sedangkan sekitar 50.000 Ha direkomendasikan untuk berbagai intervensi seperti penghijauan, penguat tebing, dan agroforestri.
Pengembangan dokumen yang merupakan pemutakhiran dari RPDAST sebelumnya ini diinisiasi oleh Badan Perencanaan Pembangunan, Riset, dan Inovasi Daerah (Bapperida) NTT. Bapperida bekerja sama dengan Balai Pengelolaan DAS (BPDAS), Forum DAS NTT, dan CIFOR-ICRAF Indonesia dalam riset-aksi Land4Lives.
Yohanes Paut, Kabid Infrastruktur dan Kewilayahan Bapperida NTT mengatakan, setelah RPDAS Noelmina dan Benain disahkan, dokumen-dokumen ini akan diintegrasikan ke dalam dokumen perencanaan pembangunan daerah seperti RPJMD serta dokumen-dokumen turunannya.
Pelaksanaan RPDAS ini akan diprioritaskan, kata Yohanes, khususnya melalui aksi nyata di tingkat tapak seperti rehabilitasi lahan, konservasi tanah dan air, serta pembangunan infrastruktur air yang menunjang pengelolaan DAS secara integratif dari hulu ke hilir sebagaimana tertuang dalam dokumen RPDAS.
“Pada tahapan ini, keberadaan kedua dokumen RPDAS ini menjadi krusial dalam melakukan upaya pemantauan dan evaluasi, khususnya terkait dengan penentuan instrumen-intrumen pemantauan yang menjadi bahan evaluasi untuk perbaikan pengelolaan DAS di masa mendatang,” ujar Yohanes.
Selain dua langkah tersebut, akan dilakukan pula penguatan partisipasi multi-pihak. Di antaranya dengan meningkatkan peran dan partisipasi Forum DAS serta memberdayakan masyarakat dan sektor swasta dalam implementasi program/kegiatan/sub kegiatan dalam pelaksanaan konservasi, pendayagunaan, pengendalian bencana dan membangun sistem informasi yang dapat diakses oleh semua stakeholder terkait termasuk masyarakat.
Baca juga:
Benain dan Noelmina adalah dua DAS terbesar di NTT. DAS Benain, dengan luas 327.515 ha, mencakup empat kabupaten: Malaka, Timor Tengah Selatan (TTS), Timor Tengah Utara (TTU), dan Belu. Sedangkan DAS Noelmina, luasnya 189.610 ha, meliputi Kabupaten Kupang dan TTS. Kedua DAS ini dihuni oleh 800 ribu penduduk, sebagian besar adalah petani, yang sangat bergantung pada sumber daya lahan dan air untuk penghidupan sehari-hari.
Sebanyak 152.372 ha, atau hampir separuh, lahan di DAS Benain masuk kategori kritis. Kondisi yang sama dialami oleh 117.558 ha, atau 62%, lahan di DAS Noelmina. Dalam kondisi kritis, daya dukung lingkungan yang diberikan oleh DAS - utamanya menyimpan air hujan dan menjaga ketersediaan air tanah - berkurang. Ini berdampak pada produktivitas pertanian serta kerawanan daerah akan bencana hidrometeorologi.
Kondisi DAS yang tidak sehat dapat melemahkan kemampuan adaptasi masyarakat terhadap perubahan iklim. Di hadapan tantangan perubahan iklim, yang meningkatkan frekuensi dan intensitas cuaca ekstrem, pemulihan DAS menjadi salah satu agenda mendesak untuk provinsi NTT.
Guna menghadapi perubahan iklim serta mendorong pengelolaan DAS yang baik, Bapperida Provinsi NTT menggandeng Balai Pengelolaan DAS (BPDAS), Forum DAS NTT, dan ICRAF Indonesia untuk memutakhirkan RPDAST Benain dan RPDAST Noelmina. Kerja sama ini dilaksanakan di bawah riset-aksi Land4Lives yang dibiayai oleh pemerintah Kanada.
Land4Lives bertujuan menguatkan penghidupan dan ketahanan pangan masyarakat rentan, terutama perempuan, dalam menghadapi perubahan iklim. Tata kelola bentang lahan lestari menjadi salah satu fokus kegiatannya.
Proses monitoring dan evaluasi RPDAST sebelumnya (2010-2025) menemukan bahwa dokumen tersebut belum mencapai tujuannya. Banyak program yang dirancang belum menghasilkan dampak signifikan, terutama dalam meningkatkan kapasitas penyangga DAS.
Kajian hidrologi yang dilakukan oleh CIFOR-ICRAF mengonfirmasi kondisi kritis DAS Benain dan Noelmina. Pemodelan SWAT (Soil Water Assessment Tools) menemukan bahwa selama 10 tahun terakhir, terjadi peningkatan limpasan permukaan serta penurunan evapotranspirasi dan aliran dasar (base flow). Ini berarti kebanyakan air yang jatuh di DAS mengalir di permukaan alih-alih terserap ke dalam tanah.
“Secara umum, terjadi penurunan kondisi DAS yang diindikasikan dari penurunan indikator kapasitas penyangga (buffering indicator),” kata Ni’matul Khasanah, pakar pemodelan ekologi dari CIFOR-ICRAF Indonesia.
Selain itu, tim CIFOR-ICRAF juga menemukan bahwa selama 2010-2022, luas pertanian lahan kering, perkebunan kelapa, dan semak belukar di DAS Benain dan Noelmina meningkat. Sementara luas hutan primer, hutan tanaman cemara, jati monokultur, dan sawah menurun.
Berdasarkan kajian tersebut, BPDAS, Forum DAS, dan ICRAF merumuskan delapan opsi skenario perbaikan pengelolaan DAS:
Skenario 1 – Tidak ada intervensi alias business as usual (BAU)
Skenario 2 – Reboisasi dan Penghijauan melalui intensifikasi agroforestri di kawasan hutan dan non-hutan
Skenario 3 – Reboisasi intensif di kawasan hutan
Skenario 4 – 8 - kombinasi dan modifikasi dari tiga skenario tersebut, termasuk penambahan upaya konservasi tanah dan air (KTA) dan perlindungan ekosistem alami.
Hasil proyeksi menunjukkan, baik di DAS Benain maupun Noelmina, intervensi-intervensi yang ditawarkan dalam skenario dua hingga delapan mampu meningkatkan kapasitas penyangga DAS dibandingkan skenario BAU. Di Benain, potensi peningkatannya 4 sampai 18%. Sedangkan di Noelmina, 7 sampai 17%.
Lebih dari itu, skenario Business as Usual (BAU) menunjukkan penurunan kapasitas penyangga di DAS Benain maupun Noelmina, yang mengindikasikan bahwa tanpa intervensi atau perubahan dalam pengelolaan, kondisi kapasitas penyangga kedua DAS tersebut akan memburuk dibandingkan data historis.
Manfaat lain dalam melaksanakan rekomendasi dalam RPDAST ialah pemerintah provinsi/kabupaten juga berpotensi mengembangkan skema pembayaran jasa lingkungan dengan bekerja sama dengan sektor swasta atau donor lainnya -- tidak hanya menggunakan APBN atau APBD.
Penerapan skema tersebut juga dapat menjadi strategi untuk meningkatkan insentif bagi masyarakat dan sektor swasta dalam mendukung konservasi DAS.
Ni’matul Khasanah mengatakan, RPDAST mendorong semua lapisan masyarakat – termasuk perempuan dan kelompok disabilitas – untuk ikut serta dalam perencanaan, pelaksanaan, serta pemantauan kegiatan pengelolaan DAS.
“DAS sering kali meliputi lebih dari satu wilayah administrasi, jasa lingkungannya juga dinikmati oleh banyak pihak, pengelolaan DAS perlu dilakukan secara terpadu, multipihak, lintas wilayah, dan lintas sektoral,” ujarnya.
Ketua Forum DAS NTT Ludji Michael Riwu Kaho menjelaskan, salah satu faktor penentu keberhasilan pengelolaan DAS adalah teratasinya potensi masalah yang timbul karena faktor eksternalitas negatif, di mana faktor eksternalitas adalah salah satu ciri pengelolaan DAS.
Menurut dia, masalah terbesar dalam RPDAS sebelumnya ialah tumpang tindih aspek regulasi antar lembaga berotoritas, yang melumpuhkan peran tapak dalam pengelolaan DAS. Padahal, peran serta tapak dapat menjadi opsi yang efektif dalam mengatasi masalah eksternalitas negatif di DAS.
Oleh karena itu, peran serta masyarakat di tingkat tapak (kabupaten, kecamatan, dan masyarakat desa) lebih ditonjolkan dalam RPDAS yang baru ini. Narasi dalam dokumen RPDAS yang baru menempatkan paradigma pengelolaan DAS mikro dan otonomi masyarakat tapak. Pendekatan DAS Mikro digunakan yang akan memberi peluang peran serta lebih besar bagi tapak pada skala peta spatial 1:25000 – 1:50.000 (sesuai ketentuan skala peta ekoregion).
“Dengan demikian tujuan pengelolaan DAS, yaitu meningkatnya daya dukung, [dapat dicapai]. Itu adalah harapan yang wajib diwujudkan melalui kerja; sesuatu yang berat tetapi jika “Langit Berkenan” tak ada yang mustahil,” kata Michael.[]
Untuk informasi lebih lanjut tentang RPDAS Benain dan Noelmina, kunjungi laman kegiatan ini.