Agnes Oktavia & Arsen Pettrick
Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan
Seri Cerita dari Desa menampilkan potret kehidupan petani yang ditulis oleh mahasiswa peserta program Muda-Mudi Peduli Pertanian Cerdas Iklim Land4Lives, berdasarkan pengalaman mereka mendampingi petani beradaptasi dengan dampak perubahan iklim. Tulisan ini mewakili pandangan pribadi penulis.
Sektor pertanian saat ini sedang dihadapkan dengan tantangan global yakni perubahan iklim yang ekstrim yang berdampak cukup serius pada sektor pertanian terutama akibat kekeringan yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu, petani membutuhkan solusi untuk mengatasi perubahan iklim yang ekstrim, seperti halnya di Desa Pelaju, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan ini juga terkena dampak dari perubahan iklim yang ekstrim. Hadirnya ICRAF dalam proyek Land4lives dengan program Muda Mudi Peduli Cerdas Iklim membawa sebuah harapan bagi masyarakat untuk beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim. Program ini mendorong praktik pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Pupuk organik mengatasi kekeringan yang berkelanjutan
Pupuk organik dapat menjadi solusi penting bagi petani dalam mengatasi permasalahan perubahan iklim, terutama kekeringan. Pupuk organik mampu meningkatkan kemampuan tanah untuk menahan air, sehingga mengurangi risiko tanaman mengalami kekeringan. Tanah yang kaya akan bahan organik dapat menyerap dan menyimpan air lebih baik, membantu tanaman bertahan dalam kondisi kering.
Kelompok belajar binaan ICRAF yang ada di Desa Pelaju telah mempelajari banyak hal, salah satunya adalah membuat pupuk organik dari limbah rumah tangga ataupun sampah organik yang ada di sekitarnya. Dengan hadirnya ICRAF, banyak dari masyarakat Pelaju yang merasa terbantu dan mengetahui hal baru terkait cara-cara bertani. Salah satunya Abdullah atau yang kerap disapa Kak Rajo, beliau merupakan salah satu anggota kelompok belajar ICRAF yang tergabung pada Kelompok Belajar Pengen Maju. “Dulunya belum ada kemajuan cara merawat tanaman, yang tadinya belum bisa membuat pupuk sekarang jadi memiliki ilmu baru tentang pembuatan pupuk organik padat dan cair” imbuh Kak Rajo.
Ia juga menuturkan sudah mempraktekkan pembuatan pupuk organik di tengah intensifnya dampak perubahan iklim terhadap tanaman yang berada di belakang rumahnya, seperti tanaman cabai, terong, kacang kacangan, rempah, dan juga pisang. Tanaman yang diberi pupuk organik lebih subur daripada tanaman yang tidak diberi pupuk organik dan hanya disiram saja, selain itu tanaman yang tadinya kerdil menjadi tumbuh normal. Manfaat pupuk organik untuk tanaman buah, membuat tanaman berbuah lebat.
Penggunaan pupuk kimia secara berlebihan seperti yang biasa petani lakukan di Desa Pelaju, dapat mengakibatkan kerusakan pada tanah dan lingkungan sekitar, mulai dari peningkatan keasaman tanah, serta terganggunya populasi biota tanah. Hal ini mengakibatkan para petani harus memperbaiki kerusakan lahan yang terjadi dengan cara diolah kembali sebelum digunakan untuk musim tanam berikutnya. Pemberian pupuk organik berguna untuk keberlanjutan masa tanam, dan meminimalisir pengolahan lahan pada musim tanam selanjutnya, karena pupuk organik membantu dalam menjaga struktur tanah dan keseimbangan pH tanah. Pupuk organik terbuat dari bahan organik yang ada di sekitar kita sehingga tidak akan mencemari lingkungan dan sangat disarankan untuk digunakan di tengah kekeringan.
Pestisida nabati mengusir hama dengan bahan alami yang ramah lingkungan
Perubahan iklim telah meningkatkan jumlah serangan hama pada tanaman, terutama ketika terjadi kekeringan panjang, hal ini karena suhu udara yang meningkat akan mempercepat siklus hidup hama sehingga populasi hama dapat berkembang pesat. Selain itu, kondisi tanaman yang rentan ketika kekeringan panjang dapat meningkatkan tingkat kerusakan hama pada tanaman.
Salah satu solusi untuk pencegahan hama adalah melalui penggunaan pestisida nabati, yaitu larutan pencegah hama yang dibuat dengan bahan alami dari tanaman. Adapun ciri-ciri dari tanaman yang digunakan memiliki bau menyengat, pahit serta lengket yang dapat berfungsi untuk mencegah dan mengatasi hama pada tanaman. Pestisida nabati memang tidak bisa menggantikan penggunaan pestisida kimia dikarenakan pestisida kimia memiliki zat aktif yang lebih efektif dalam mengatasi serangan hama, akan tetapi pestisida nabati dapat digunakan untuk pencegahan tingkat kerusakan yang lebih parah dari serangan hama.
Kelebihan dari pestisida nabati selain untuk mencegah hama, juga dapat mencegah kerusakan lingkungan akibat residu yang biasa dihasilkan dari pestisida kima yang berrisiko menurunnya kesehatan tubuh manusia yang memakan hasil tanaman yang diberi pestisida kimia. Selain itu, cara pembuatan pestisida nabati cukup mudah serta bahan yang dibutuhkan ada di sekitar dan harganya tentu lebih murah dibandingkan penggunaan pestisida kimia.
Salah satu contoh pestisida nabati untuk mengatasi hama tungau laba laba (spidermites) adalah yang terbuat dari bawang putih dan juga sabun cair. Bau menyengat dari bawang putih membuat hama terganggu dan sifat perekat dari sabun cair dapat membantu pestisida agar dapat menempel kuat pada daun tanaman. Adapun contoh pestisida nabati untuk mengatasi penyakit adalah pestisida nabati yang menggunakan empon-empon (rempah rempah) seperti kunyit. Kunyit berfungsi sebagai antiseptik alami dikarenakan kunyit mengandung kurkumin dan minyak atsiri yang memiliki sifat anti bakteri.
Salah satu anggota kelompok belajar bernama Sri Gunawati mengatakan telah mengaplikasikan pestisida nabati pada tanaman cabai milik kakak beliau. “Setelah diaplikasikan pestisida nabati pada tanaman cabai keluarga, hamanya hilang dan jarang hinggap di cabai lagi ketika pestisida nabati sering diaplikasikan” ujar Sri Gunawati.
Karang taruna meningkatkan motivasi pemuda-pemudi melakukan pertanian cerdas iklim
Kehadiran ICRAF di Desa Pelaju tidak hanya memberi dampak positif pada anggota kelompok belajar binaan ICRAF tetapi juga memberi dampak positif bagi kelompok muda Karang Taruna. Awalnya anggota Karang Taruna tertarik mengikuti rangkaian kegiatan di kebun dapur ICRAF karena ingin tahu lebih dalam tentang cara dan teknik bercocok tanam. Hal ini didukung dengan program kerja yang diusung oleh kepala Desa Pelaju untuk mensejahterakan anggota Karang Taruna dengan memberi lahan khusus bagi Karang Taruna untuk dapat berkreasi dalam penanaman dan juga usaha di bidang pertanian.
“Ilmu yang didapat jadi lebih terarah, sebelumnya hanya menanam secara otodidak. Jadi tahu cara menyemai setelah diajarkan oleh ICRAF, dulu hanya ditanam tanpa disemai” kata Misba, salah satu anggota Karang Taruna yang rajin mengikuti kegiatan di kebun dapur ICRAF.
Antusiasme masyarakat di Desa Pelaju dalam menerapkan pertanian cerdas iklim tidak hanya petani produktif, akan tetapi juga berlaku bagi para generasi mudanya. Pendampingan yang cukup intensif dari program Landl4lives tentang pertanian cerdas iklim telah memberikan ilmu baru yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Pelaju dalam meningkatkan ketahanan pangan melalui kebun dapurnya dan pendapatan ekonomi melalui perbaikan praktik berkebun.
Artikel ini mewakili pandangan pribadi penulis dan bukan pandangan resmi CIFOR-ICRAF Indonesia
Baca artikel lainnya dalam seri Cerita dari Desa