Ashridha Yumna
Mahasiswi Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya
Seri Cerita dari Desa menampilkan potret kehidupan petani yang ditulis oleh mahasiswa peserta program Muda-Mudi Peduli Pertanian Cerdas Iklim Land4Lives, berdasarkan pengalaman mereka mendampingi petani beradaptasi dengan dampak perubahan iklim. Tulisan ini mewakili pandangan pribadi penulis.
Desa Muara Medak yang terletak di Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin telah menjadi sasaran tujuan transmigrasi masyarakat, seperti yang terbaru pada tahun 2012, cukup banyak transmigran dari Lampung yang bersuku Jawa mulai mendatangi wilayah ini dengan tujuan untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik. Hampir setengah masyarakat transmigrasi di desa ini mendapatkan akses lahan untuk dimanfaatkan, sementara untuk makanan pokok masyarakat di awal-awal tahun para transmigrant mendapatkan jatah dari pemerintah karena lahan transmigrasi yang ada belum bisa untuk ditanami, karena belum diolah. Saat ini, sebagian besar masyarakat di desa ini berkegiatan sebagai petani dan pekebun baik di lahan mereka sendiri maupun lahan orang lain. Setelah masyarakat transmigrasi sudah membuka lahan lalu mulai menanam karet. Hasil dari getah karet yang tidak terlalu optimal, membuat sebagian masyarakat menanam tanaman hortikultura di lahan perkarangan, dan tak jarang kebun karet berubah tutupan lahannya menjadi kebun sawit.
Desa Muara Medak dapat terbilang terpencil dan berada di pedalaman karena akses ke sana yang masih berupa jalanan tanah liat berpasir serta berlubang yang susah untuk diakses ketika musim penghujan, tak jarang mobil atau motor terjebak lumpur yang selalu menghambat perjalanan. Lokasi desa yang jauh dari pusat kecamatan maupun kabupaten membuat harga makanan pokok maupun sayur menjadi mahal. Keterbatasan akses ke bahan pangan dapat berdampak pada kecukupan gizi terutama gizi anak-anak yang dapat menyebabkan terjadinya stunting.
Pada tahun 2022, kasus stunting menjadi perhatian Pemerintah Desa (PEMDES) Muara Medak, hal ini akibat rendahnya akses masyarakat terhadap makanan bergizi. Mendukung program nasional untuk ketahanan pangan, sejak tahun 2023, ICRAF sebagai lembaga riset, melalui program Land4Lives, mengedukasi dan mendampingi kegiatan ketahanan pangan rumah tangga Beragam Bergizi Seimbang Aman (B2SA), yaitu penyadartahuan dan praktik terkait pola pangan sehat dan bergizi bagi masyarakat. Perlahan juga masyarakat mulai menyadari tentang pentingnya menjaga asupan gizi yang seimbang melalui upaya-upaya pencegahan stunting dengan cara sederhana, misalnya menanam tanaman sayuran, umbi dan buah dengan ang memanfaatkan pekarangan ataupun ruang di sekitaran rumah.
Mbah Tuminem atau biasa dipanggil Mbah Tum (54 tahun), warga Desa Muara Medak, wanita paruh baya yang bekerja sebagai pekebun di Kebun Karet miliknya. Salah satu anggota transmigrasi Lampung yang bersuku asli Jawa dengan 2 Hektar tanahnya, hidup bersama anak dan cucu nya yang berjuang demi bertahan hidup di daerah Sumatra. Sebagian tanah milik Mbah Tum ditanami pohon karet sedangkan sebagian lagi untuk bangunan rumah. Mbah Tum yang mempunyai cucu yang masih sangat kecil, beliau sangat takut jika cucunya kekurangan gizi di masa pertumbuhannya yang menyebabkan stunting. Oleh sebab itu dengan halaman rumah yang cukup luas, Mbah Tum memanfaatkan lahan tidur di depan rumahnya untuk menanam tanaman semusim yaitu kangkung, terung, kacang panjang yang cepat panen serta menanam tanaman pangan yaitu singkong untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarganya. Sementara lahan di sekeliling bedengan tanaman semusim ditanami pohon buah-buahan seperti Kelengkeng, Mangga, Pisang dan Petai untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga selain untuk sumber pangan keluarganya.
Mbah Tuminem juga adalah salah satu anggota aktif kelompok belajar yang didampingi ICRAF. Beliau juga sudah banyak mengadopsi ilmu yang diajarkan oleh ICRAF seperti praktik Pembukaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB), Pembuatan Pupuk Organik/Kompos dan Pestisida Nabati, Perbanyakan tanaman dengan cara generatif dan vegetatif, Pemilihan tanaman sesuai dengan iklim dan Penanaman berbasis agroforestri. Saat ini, limbah dari sisa vegetasi pada saat pembukaan lahan biasanya dibakar, kini sudah beliau komposkan dengan bantuan dekomposer serta limbah dapur yang biasanya hanya dibuang begitu saja, sudah beliau manfaatkan juga menjadi pupuk organik cair untuk mendukung pertumbuhan tanaman pangan semusim di kebun dapur pekarangannya. Menanam dengan sistem agroforestri di lahannya ternyata tidak hanya meningkatkan produktivitas lahan tetapi juga menyediakan berbagai sumber pangan bergizi serta meningkatkan kualitas hidup keluarganya dengan mengonsumsi makanan yang lebih bervariasi. Dengan menerapkan ilmu yang sudah beliau adopsi ini tentunya membuat keluarganya lebih mandiri dalam memproduksi hasil pangan beragam dengan gizi yang cukup, sehingga tidak terlalu bergantung pada pasar yang sulit diakses.
Kebun dapur di pekarangan ini sudah banyak diterapkan oleh anggota kelompok belajar lainnya, hanya saja tanaman yang mereka tanam biasanya hanya mencakupi tanaman semusim dan tanaman pangan yang kurang bervariasi. Untuk menyiasati tantangan kondisi tanah di Muara Medak yang biasanya cepat tergenang apalagi saat musim hujan dan ber ph masam, mereka menggunakan polybag/karung bekas dalam menanam tanaman pangan. Biasanya mereka melakukan penyemaian di karung bekas sehingga membuat benih yang mereka semai biasanya beresiko akan tergenang oleh air yang menyebabkan benih itu tidak tumbuh atau bahkan hilang terbawa air. Dengan adanya pelatihan dan pendampingan dari tim ICRAF, mereka mengadopsi banyak ilmu untuk diterapkan di rumah masing-masing. Salah satunya yaitu pembuatan bedengan tahan banjir untuk lahan yang tergenang, pemanfaatan limbah dapur yang mengandung banyak nutrisi yang bermanfaat untuk memperbaiki kondisi tanah kebun dapur pekarangan. Kedepannya pendampingan rutin seperti yang sudah dilakukan oleh ICRAF dapat terus diperoleh petani Muara Medak agar dapat mudah mengakses makanan bergizi, dan juga agar dapat menjual kelebihan tanaman pangan yang mereka tanam sehingga bisa menambah pendapatan rumah tangga.
Artikel ini mewakili pandangan pribadi penulis dan bukan pandangan resmi CIFOR-ICRAF Indonesia
Baca artikel lainnya dalam seri Cerita dari Desa