December 30, 2024

Cerita dari Desa #9: Tantangan merintis usaha pupuk organik cair

Albertus Avelino dan Kuirinus L. Hurek
Mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Kupang


Seri Cerita dari Desa menampilkan potret kehidupan petani yang ditulis oleh mahasiswa peserta program Muda-Mudi Peduli Pertanian Cerdas Iklim Land4Lives, berdasarkan pengalaman mereka mendampingi petani beradaptasi dengan dampak perubahan iklim.


Pak Edi bersama pupuk organik cair miliknya. (Albertus Avelino dan Kuirinus L. Hurek/ICRAF Indonesia)

Pupuk adalah inti dari segala jenis kegiatan pertanian, itulah yang diyakini oleh Edi Baitanu (54 tahun), seorang petani sayuran di Nusa Tenggara Timur.

Dengan keyakinan tersebut, dia merintis usaha Pupuk Organik Cair (POC) di Desa Netpala, Kecamatan Mollo Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan. Namun, ternyata jalannya tidak semulus yang ia harapkan karena keterbatasan modal usaha dan kebutuhan akan perencanaan usaha yang matang.

Edi mulai tertarik pada pupuk organik ketika CIFOR-ICRAF masuk ke Desa Netpala. Lembaga penelitian yang berbasis di Bogor ini memberikan pelatihan pertanian cerdas iklim kepada para petani sebagai bagian dari kegiatan riset-aksi Land4Lives. Salah satu kegiatan pelatihan tersebut adalah pembuatan dan penggunaan pupuk organik, yang menjadi pengalaman paling berkesan bagi Edi.

“Karena segala jenis kegiatan pertanian inti utamanya adalah pemupukan. Tanpa pupuk, hasilnya kurang memuaskan,” ujarnya ketika ditemui penulis di Netpala.

Awalnya, Edi mengaplikasikan pupuk organik cair (POC) pada tanaman buncis di kebunnya. Ia menyemprotkan POC setiap dua pekan sekali, dan hasil panennya ternyata cukup baik. Puas dengan hasil pada buncis, Edi kemudian mencoba mengaplikasikan POC pada tanaman wortel.

Cara Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC)

Bahan

  • Daun gamal 1 kg
  • Batang pisang cincang 1 kg
  • Pupuk kandang 5 kg
  • Gula 1 kg
  • Sabut kelapa (opsional)
  • Cangkang telur (opsional)
  • Air cucian beras 5 liter
  • EM4
  • Air secukupnya

Alat:

  • Drum
  • Parang
  • Papan/balok
  • Waring/paranet

Cara Pembuatan:

  1. Cincang daun gamal, daun kirinyuh, dan batang pisang.
  2. Campurkan bahan yang sudah dicincang dengan pupuk kandang, sabut kelapa, dan cangkang telur. Bungkus campuran bahan ini menggunakan paranet atau waring.
  3. Larutkan EM4 dan gula dengan perbandingan 1 tutup botol EM4 : 1 kg gula : 1 liter air.
  4. Masukkan semua bahan yang sudah dicampur ke dalam wadah penampung.
  5. Tambahkan air bersih secukupnya (sekitar 10 cm dari permukaan wadah).
  6. Tutup wadah penampung rapat-rapat agar udara tidak bisa masuk.
  7. Fermentasi selama 1 bulan dengan pengadukan setiap minggu.
  8. Aplikasikan pada semua jenis tanaman dengan perbandingan 1 liter POC : 10 liter air. Lakukan penyemprotan setiap minggu.

Pupuk organik cair tidak sekadar meningkatkan mutu hasil panen untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga Edi, tetapi juga membuka peluang usaha rumah tangga yang mampu menambah penghasilan ekonomi keluarga. “Sekarang hasil dari jual pupuk ini sedikit membantu untuk memenuhi kebutuhan dalam rumah dan membiayai sekolah anak saya,” ujar Edi.

Selain itu, usaha ini juga berkontribusi pada kesehatan tanah dan ekosistem.

Hasil panen memuaskan

Awalnya, Edi mengaplikasikan POC pada tanaman buncis di pekarangan rumahnya. Hasil panen buncisnya sangat memuaskan; ia bisa memanen buncis lebih dari 20 kali dengan kualitas buah yang tetap bagus. “Sementara, jika saya menggunakan pupuk kimia, buncis hanya bisa dipanen maksimal empat kali dan kualitas buahnya sudah menurun,” ungkap Edi.

Melihat hasil yang memuaskan, tetangga Edi pun mulai tertarik dan bertanya tentang metode pemupukan yang ia gunakan. Edi menjelaskan tentang pupuk organik tersebut, dan salah satu tetangganya meminta sebagian POC untuk dicoba di kebunnya.

“Bapak tidak perlu tes lagi, Bapak langsung praktek di kebun saya saja. Pupuk ini sudah terbukti efektif pada tanaman buncis, wortel, maupun cabe, jadi pupuk ini sangat bagus sekali untuk tanaman,” kata Edi kepada tetangganya.

Ketika subsidi pupuk kimia dari pemerintah berakhir, saya harus mampu bertahan dan berkembang menggunakan pupuk organik yang saya produksi sendiri.

Edi Baitanu


Seiring berjalannya waktu, tetangga mulai berdatangan ke rumah Edi untuk membeli pupuk organik cair. Edi juga menyadari bahwa pada saat harga pupuk kimia sangat tinggi dan ketersediaannya terbatas, petani butuh alternatif.

"Ketika subsidi pupuk kimia dari pemerintah berakhir, saya harus mampu bertahan dan berkembang menggunakan pupuk organik yang saya produksi sendiri,” ujarnya.

Tantangan dan kendala

Tentu saja tidak semuanya berjalan mulus. Edi juga menjelaskan bahwa dalam pengembangan usaha POC ini, ia menghadapi banyak tantangan dan kendala, seperti kurangnya modal untuk membeli peralatan produksi, pemasaran POC, persaingan dengan produk kimia, serta pendidikan dasar tentang manfaat POC.

Tantangan penting lainnya adalah ketika para pembeli ingin mengaplikasikan POC pada lahan yang sudah lama menggunakan pupuk kimia. “Jika lahan Bapak selama ini menggunakan pupuk kimia, maka saya tidak akan menjual pupuk ini kepada Bapak karena dapat merusak mutu produk saya,” tegas Edi.

Sementara itu, farmer extensionist ICRAF di Mollo Utara, Arie Benu, menegaskan bahwa saat ini belum ada kesadaran yang memadai dari petani tentang pentingnya pupuk organik dalam kegiatan pertanian. Prosedur pembuatan pupuk organik yang belum dipahami dengan baik oleh petani juga menjadi kendala dalam kurangnya penggunaan pupuk organik, ia menambahkan.

“Padahal pupuk organik sangat potensial untuk dikembangkan sebagai alternatif untuk mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk kimia, menjadi sumber pendapatan bagi keluarga petani, dan menghasilkan produk organik yang baik untuk kesehatan,” ujarnya.

Arie juga mengungkapkan bahwa dalam pengembangan usaha pupuk organik, terdapat berbagai kendala seperti media penampungan untuk produksi pupuk organik padat dan cair, kualitas produksi pupuk organik, kemasan, label, dan pemasaran.

Namun tantangan dan kendala itu tidak membuat semangat Edi surut. Sebagai langkah awal, ia membeli tempat penampungan berupa fiber berkapasitas 1.200 liter. Ia berencana untuk membuat label, membeli mesin pencacah, dan menambah satu fiber lagi untuk produksi skala besar.

Pemerintah desa siap mendukung usaha pupuk organik cair ini dan berencana mengalokasikan dana desa untuk pengadaan pupuk yang akan dibagikan kepada masyarakat. Saat ini, pihak pemerintah desa mulai menekankan kepada masyarakat untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia karena risiko terhadap kesuburan tanah dan kesehatan masyarakat.


Baca artikel lainnya dalam seri Cerita dari Desa