November 19, 2024

Menggali manfaat agroforestri karet: Land4Lives di International Rubber Conference

Keunggulan sistem agroforestri karet dibandingkan sistem monokultur.


Subekti Rahayu | Carbon Biodiversity Specialist

Subekti Rahayu is the Senior Researcher – Biodiversity and Carbon Specialist based in Bogor, Indonesia. She joined ICRAF in 1994. Her main task is in developing methods and tools for research on biodiversity and carbon at ICRAF, responsible for reporting the biodiversity and carbon component of research projects, authoring and Co-authoring of peer reviewed publications, planning and leading sets of publications by utilizing and synthesizing carbon and tree database at ICRAF-Indonesia, provide trainings including developing modules on carbon and biodiversity to partners and supervising staffs and students working on carbon and biodiversity research.
email: S.Rahayu@CIFOR-ICRAF.ORG

Dr. Subekti Rahayu presentasi di IRC 2024, Kamis 20 November 2024. (Foto: Subekti Rahayu/ICRAF Indonesia)

Peneliti senior CIFOR-ICRAF Indonesia terpilih menjadi pembicara di International Rubber Conference 2024 yang diselenggarakan pada tanggal 19-21 November 2024. Dr. Subekti Rahayu membawakan makalah ilmiah bertajuk "Environmental services and economic benefit provided by rubber agroforestry systems in peat hydrological units and forest management units in Banyuasin and Musi Banyuasin, South Sumatra".

Seperti kata judulnya, makalah tersebut menjabarkan jasa lingkungan dan manfaat ekonomi yang diberikan oleh sistem agroforestri karet di wilayah gambut dan hutan di Sumatera Selatan. Publikasi ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan Mbak Yayuk - demikian beliau biasa dipanggil - bersama tim peneliti ICRAF Indonesia di Kawasan Hidrologis Gambut (KHG) Sungai Sugihan-Sungai Saleh di Kabupaten Banyuasin dan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Lalan Mendis di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan — keduanya merupakan fokus kegiatan Land4Lives. Selain Mbak Yayuk, peneliti yang terlibat dalam makalah ini adalah James M Roshetko, Rendra Bayu Prasetyo, Thifali Adzani, Yoga Lorensa Putra Yusa, Andi Prahmono, Endri Martini, dan Fitri Marulani.

Untuk menghitung jasa lingkungan, Mbak Yayuk dkk menggunakan dua indikator: penyimpanan karbon (carbon storage) dan keanekaragaman tumbuhan (vegetation diversity). Pengukuran stok karbon yang dilakukan di 19 plot agroforestri karet yang berusia 8 - 30 tahun, mengindikasikan stok karbon sebanyak 94,5 ± 47,2 ton Karbon per hektare. Ini berarti ada cukup banyak karbon yang disimpan, alih-alih terlepas ke udara dan berkontribusi pada pemanasan global. Sementara survei keanekaragaman tumbuhan di 40 plot agroforestri karet menemukan rata-rata empat jenis vegetasi pohon dan 19 jenis tumbuhan bawah (understorey species).

Sistem agroforestri karet-pepohonan hutan di Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Lalan Mendis. (Foto: Rendra Bayu Prasetyo/ICRAF Indonesia)

Spesies pohon yang umum ditemukan yaitu pohon buah-buahan seperti jengkol, cempedak, durian, belimbing, dan petai, serta pepohonan kayu seperti medang (Litsea sp), medang labu (Endospermum malacense), dan berumbung (Adina sp).

Adapun spesies tumbuhan bawah yang umum ditemukan dalam plot agroforestri karet di Banyuasin dan Musi Banyuasin yaitu seduduk (Melastoma malabatrichum), kasapan (Clidemia hirta), rumput paitan (Axonopus compressus), legundi (Vitex trifolia). Tumbuhan-tumbuhan dari jenis rerumputan dan pakis ini melindungi tanah dari erosi sekaligus menyediakan bahan organik, yang berperan dalam memperbaiki kesuburan tanah. Beberapa jenis tumbuhan bawah berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai obat tradisional.

Selain jasa lingkungan yang disebutkan di atas, penelitian ini menemukan bahwa agroforestri karet juga memberikan manfaat ekonomi yang lebih besar dibandingkan karet monokultur, bahkan karet monokultur yang menerapkan praktik bertani baik (good agricultural practice, GAP). Hal ini karena dalam sistem agroforestri karet, pohon karet ditanam berdampingan dengan tanaman perennial seperti kopi dan buah-buahan, yang memberikan manfaat ekonomi dari produk yang dihasilkan. Sistem agroforestri lebih menguntungkan secara ekonomi dalam jangka panjang, menurut para peneliti, kendati membutuhkan investasi yang lebih besar di awal dan lebih padat karya.

"While agroforestry systems require higher initial investment and are more labor-intensive, they provide greater returns over time and generate more favorable labor compensation, making them more sustainable and profitable."

IRC 2024 diselenggarakan oleh Pusat Penelitian Karet dengan kerja sama International Rubber Research and Development Board (IRRDB) dan Japan International Cooperation Agency (JICA). Kegiatan ini bertempat di Royal Ambarrukmo Hotel, Yogyakarta pada tanggal 19 – 21 November 2024 dengan tema “Embracing Circular Thinking: New Paradigm for Sustainable Rubber Industry”.

IRC 2024 dihadiri oleh 220 peserta yg berasal dari Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, Myanmar, Kamboja, Filipina, Papua Nugini, China, Jepang, India, Sri Lanka, Australia, Nigeria dan Pantai Gading. (PA)