August 29, 2024

Sinergi Land4Lives-MBKM: Memupuk generasi muda peduli perubahan iklim

Dikdik Permadi
Agroforestry and Livelihood Systems Research Officer
CIFOR-ICRAF Indonesia


Peserta Muda-Mudi Peduli Pertanian Cerdas Iklim NTT, angkatan 1 dan 2 (Foto: ICRAF Indonesia)

Sebagaimana memupuk ruang tumbuh bagi pohon penting untuk kelestarian lingkungan, memupuk ruang tumbuh bagi generasi muda juga penting dalam rangka mewujudkan pengelolaan lanskap yang berkelanjutan. Perubahan iklim berdampak pada kita semua, tanpa memandang batas wilayah maupun generasi. Tantangan iklim yang kita hadapi pun bervariasi, tak hanya karena perbedaan lokasi geografis, tetapi juga perbedaan generasi.

Dewasa ini, anak muda menjadi salah satu motor gerakan untuk memitigasi perubahan iklim dan menjaga agar pemanasan global tidak melewati ambang batas 1,5 C. Hal itu wajar mengingat generasi muda, di mana pun mereka berada, diperkirakan akan merasakan dampak terburuk dari krisis iklim padahal mereka berkontribusi paling sedikit pada peningkatan emisi.

Berdasarkan pemahaman itulah ICRAF Indonesia bekerja sama dengan universitas di Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Timur, untuk meluncurkan inisiatif "Muda-Mudi Peduli Pertanian Cerdas Iklim" sebagai bagian dari kegiatan riset-aksi Land4Lives atau Lahan untuk Kehidupan.

Sejalan dengan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang digagas oleh Kemendikbudristek, inisiatif ini memberi mahasiswa kesempatan untuk terjun langsung ke lapangan dan menyaksikan sendiri bagaimana perubahan iklim berdampak pada salah satu komunitas yang paling rentan, yaitu petani.

Merdeka belajar, bekerja dari desa

Bertajuk Muda-Mudi Peduli Pertanian Cerdas Iklim, sebanyak 12 mahasiswa dari perguruan tinggi lokal di masing-masing provinsi dipilih untuk bekerja dari dari desa-desa dampingan Land4Lives.

Program ini pertama kali dilaksanakan di Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan pada semester ganjil tahun ajaran 2023/2024, bekerja sama dengan Politeknik Pertanian Negeri Kupang, Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan (Pangkep), dan Universitas Hassanuddin. Program ini kemudian diperluas di semester berikutnya dengan melibatkan Universitas Sriwijaya di Sumatra Selatan.

Skema yang ditawarkan dalam program ini adalah magang kerja (internship) selama satu semester di lapangan. Hingga Agustus 2024 ini, sudah terdapat 60 mahasiswa yang sudah menyelesaikan masa magang dan 12 mahasiswa aktif yang baru memulai kegiatan di semester ganjil tahun ajaran 2024/2025.

Peserta Muda-Mudi Peduli Pertanian Cerdas Iklim Sumatera Selatan angkatan 1. (ICRAF)
Peserta Muda-Mudi Peduli Pertanian Cerdas Iklim Sulawesi Selatan angkatan 1 dan 2. (ICRAF)

Sesuai spirit Merdeka Belajar, mahasiswa di masing-masing provinsi diberikan ruang seluas-luasnya untuk belajar sambil bekerja selama satu semester bersama kelompok-kelompok belajar yang dibentuk oleh ICRAF Indonesia di 12 desa dampingan Land4Lives.

Di bawah supervisi kantor ICRAF di masing-masing provinsi, mahasiswa dibagi ke dalam enam tim – masing-masing beranggotakan dua mahasiswa yang ditugaskan di dua desa yang berdekatan. Di desa, mereka bersinggungan langsung dengan isu pertanian cerdas iklim, agroforestri, ketahanan pangan dan nutrisi, dan penghidupan masyarakat di tingkat desa.

Mahasiswa-mahasiswa dari berbagai latar belakang seperti pertanian, kehutanan, dan agribisnis ini ditantang untuk menemukenali masalah-masalah riil dan menggunakan ilmu-ilmu yang diperoleh di bangku perkuliahan untuk memberikan solusi-solusi teknis maupun strategis di desa penempatannya.

Sebelum memulai kegiatan di desa, mahasiswa dibekali dengan keterampilan-keterampilan teoritis dan teknis seputar perubahan iklim dan dampaknya pada bentang lahan dan penghidupan. Materi yang diberikan mencakup pertanian cerdas iklim dan berbagai praktiknya di kebun, agroforestry, cara produksi pupuk organik untuk memperbaiki kualitas lahan, cara memilih jenis tanaman yang tahan perubahan iklim dan memperbanyaknya secara vegetatif, cara menyiapkan lahan tanpa metode bakar, serta bentuk-bentuk konservasi tanah.

Upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di masing-masing wilayah memiliki kompleksitasnya tersendiri. Mahasiswa di Sumsel tinggal di wilayah kawasan hutan dan kesatuan hidrologis gambut dengan tantangan wilayah yang rentan terbakar ketika kemarau dan rentan terendam ketika musim hujan. Mahasiswa di Sulsel tinggal di wilayah pertanian intensif yang cukup kritis dan wilayah pesisir mangrove yang terdegradasi. Mahasiswa NTT tinggal di wilayah kering dan semi-kering yang masih mempraktikkan pertanian ladang berpindah.

Setelah dikenalkan dengan konteks di masing-masing desa, bersama dengan para farmer extensionist, mahasiswa akan melakukan pendampingan kepada anggota kelompok serta bagaimana praktik-praktik itu diterapkan di kebun belajar.

Mahasiswa tinggal dan hidup bersama dengan masyarakat desa, berbaur dengan kehidupan sehari-hari. (ICRAF Indonesia)

Setiap mahasiswa tinggal dan hidup bersama dengan masyarakat desa, berbaur dengan kehidupan sehari-hari selama empat sampai lima bulan. Seluruh dinamika di dalam kelompok belajar petani dilalui langsung oleh para mahasiswa. Cerita dari desa, seperti upaya-upaya kolektif yang penuh kearifan lokal, menjadi bumbu-bumbu pelengkap dalam setiap pembelajaran yang memperkaya pengalaman mereka.

Mereka juga belajar tentang kearifan lokal yang diterapkan oleh petani untuk menjaga keseimbangan alam. Bernadino Bere dan Defrib Sanherib Sora, mahasiswa di Nusa Tenggara Timur mengatakan kepada saya mereka mendengar dari pemangku adat di Desa Oepliki bahwa desa tersebut tidak pernah mengalami kekeringan yang sangat parah lagi ketika musim kemarau, karena pada tahun 1992 dan 2001 masyarakat desa secara kolektif melakukan reboisasi untuk menjaga mata air.

Memupuk muda-mudi hari ini, memanennya di masa depan

Boleh jadi bekerja dari desa bersama kelompok belajar tidak memenuhi capaian pembelajaran yang tercantum dalam dokumen kurikulum program studi di mana mahasiswa tersebut terdaftar. Durasi dalam 4-5 bulan pun boleh jadi belum cukup untuk mereka mengaktualisasikan ilmu yang diperoleh di kelas untuk menyelesaikan masalah.

Tetapi, bersinggungan langsung dengan isu perubahan iklim yang nyata di lapangan, sekaligus turut andil untuk mengurangi dampaknya, semoga menjadi pengalaman yang cukup berharga bagi para mahasiswa di kemudian hari.

Dalam pelaksanaannya pun kita banyak belajar dari mahasiswa ini. Seperti judulnya, merdeka belajar, belajar bisa dari manapun, siapapun, dan sampai kapanpun.


Baca artikel lainnya dalam seri Cerita dari Desa di sini