February 6, 2025 | Administrator

Lokakarya Penyusunan Panduan Teknis Program GASELOR Melalui Kegiatan Pangan dan Gizi di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS)

Aspek gender menjadi poin penting dalam pembahasan program Gerakan Ayah sebagai Konselor (GASELOR) pada lokakarya yang melibatkan tenaga kesehatan puskesmas dan tenaga kesehatan desa di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). GASELOR merupakan inisiatif yang diresmikan oleh Dinas Kesehatan TTS pada 2022 yang bertujuan untuk memberdayakan peran ayah dalam meningkatkan gizi keluarga dan pengasuhan anak. Seperti disampaikan dr. R.A. Karolina Tahun, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten TTS, dalam pembukaan lokakarya, bahwa melalui program ini diharapkan dapat berkontribusi pada penurunan angka stunting serta peningkatan kesejahteraan keluarga di Kabupaten TTS.

Lokakarya ini diadakan pada 5 – 6 Februari 2025 dengan melibatkan sekitar 30 orang (23 perempuan, 7 laki-laki) tenaga kesehatan, Dinas Kesehatan, Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Dinas Ketahanan Pangan, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Persagi TTS, dan LSM. Lokakarya ini bertujuan untuk memperkuat pemahaman para pemangku kepentingan terhadap rencana pengayaan program dan menghimpun masukan untuk pengembangan draf panduan implementasi program GASELOR. 

Program GASELOR ini selaras dengan upaya yang didorong melalui projek Land4Lives (Lahan untuk kehidupan) ICRAF Indonesia bersama CIFOR yang didukung oleh Global Affairs Canada (GAC) di TTS. Kerentanan akibat dampak perubahan iklim pada petani kecil, akan semakin dirasakan oleh perempuan mengingat kecenderungan mereka tidak punya kuasa atas sumber daya strategis. Ketimpangan gender ini memperburuk kerentanan perempuan, ditambah lagi minimnya keterlibatan ayah dalam pemenuhan gizi keluarga yang dapat memperburuk status gizi anak, akan meningkatkan kerentanan perempuan di TTS. Seperti disampaikan Ratnasari (Spesialis Gender ICRAF Indonesia) bahwa peran produktif, reproduktif, dan sosial kemasyarakatan yang dijalankan perempuan dapat menyebabkan multi beban sehingga berdampak pada tidak optimalnya pemenuhan kebutuhan gizi dan kesejahteraan keluarga.     

Hasil penelitian Poltekkes Kupang, seperti disampaikan oleh Juni Gressilda Louisa Sine bahwa peran ayah berkorelasi positif dalam mencegah stunting di TTS. Ayah yang membawa anaknya ke posyandu, ayah yang memperhatikan gizi keluarga, merupakan contoh praktik baik yang memberikan dampak baik pada penurunan angka stunting di TTS. Budaya patriarki yang kental di TTS, budaya yang lebih memprioritaskan kepentingan laki-laki tentunya memberikan andil pada ketimpangan gender. Pdt. Seprianus Adonis, Ketua Klasis ATU GMIT menyampaikan bahwa laki-laki yang terlibat dalam Sekolah Ayah, sebagai bagian dari pengembangan Sekolah Perempuan, memberikan dampak positif pada relasi dalam keluarga, termasuk dalam pemenuhan gizi keluarga.

Jusuf Amnifu, S.Gz (Pengelola Program Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten TTS; Ketua DPC Persagi Kabupaten TTS) menyampaikan bahwa draf panduan yang akan disusun bagi implementasi program GASELOR penting mengangkat isu gender dalam perspektif budaya agar tenaga kesehatan dapat memahami dan mendorong solusi yang tepat. Kolaborasi dan dukungan OPD, LSM, gereja, juga lembaga lain dibutuhkan agar implementasi GASELOR di TTS dapat meluas.

Dokumentasi