Pelatihan penggunaan panduan teknis GASELOR Pangan dan Gizi di Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT

Soe, 25 – 26 September 2025

Pelatihan bertujuan untuk meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan di puskesmas dan desa dalam memahami dan mempraktikkan Panduan Teknis GASELOR (Gerakan Ayah sebagai Konselor) Pangan dan Gizi, termasuk keterampilan konseling sesuai konteks budaya setempat. Tujuan lainnya untuk mengumpulkan masukan dari peserta untuk revisi akhir Panduan Teknis GASELOR Pangan dan Gizi. Pelatihan dilaksanakan pada 25-26 September 2025, di Hotel Blessing Soe. Peserta pelatihan adalah tenaga kesehatan di puskesmas dan desa, serta perwakilan dari aparat pemerintah (Bappeda, DKP, DP3A, Dinkes). Total peserta adalah 41 orang yang terdiri dari 11 laki-laki dan 30 perempuan.

Kegiatan dibuka dengan sambutan oleh Jan Paulus Mella (Sekretaris Bappeda), dr. Karolina Tahun (Kepala Dinas Kesehatan), dan Yeni Nomeni (Koordinator Provinsi ICRAF Indonesia). Jan Paulus menyatakan bahwa angka stunting di TTS cukup tinggi, yaitu 41,7%, sehingga Pemerintah Kabupaten TTS fokus untuk menurunkan angka stunting ini dan program GASELOR sangat baik untuk mengubah pola pikir yang selama ini menganggap bahwa pengasuhan anak hanyalah tugas perempuan. Bappeda TTS akan mendukung program GASELOR ini hingga tahun 2029. Karolina menyatakan bahwa hasil kunjungan lapangan Dinas Kesehatan menunjukkan bahwa pada umumnya anak-anak kurang suka mengonsumsi kelor dan pangan lokal lainnya yang terdapat di sekitar rumah, serta banyak warga yang malas membawa anaknya ke posyandu. Oleh karena itu, program GASELOR diharapkan dapat mendorong para ayah untuk datang ke posyandu dan memberikan contoh konsumsi pangan lokal kepada anak-anaknya. Yeni Nomeni menyatakan bahwa dukungan dari pemerintah dan pihak terkait lainnya diperlukan untuk pelaksanaan program GASELOR, termasuk keterkaitan dengan program-program yang telah dilakukan oleh CIFOR-ICRAF Indonesia di TTS, seperti kebun belajar pertanian cerdas iklim, kebun dapur, desa B2SA, sekolah perempuan, dan lainnya.

Peserta difasilitasi oleh Yusuf Amnifu (Dinas Kesehatan TTS), Enjel Nalle (Dinkes TTS), Laeli Sukmahayani (Konsultan Gender), Mulia Nurhasan (CIFOR), dan Ratnasari (Spesialis Gender ICRAF). Narasumber yang terlibat yaitu Teguh Prawono (Dinkes TTS), Musa N.H. Djari (Dinas Ketahanan Pangan TTS), Pdt Seprianus Adonis (Ketua Klasis ATU GMIT), dan Yahya Ado (Konsultan Pendidikan). Yusuf dan Enjel mengajak peserta untuk memahami Bab I dan II panduan teknis GASELOR, terutama tentang faktor penyebab stunting dan membekali peserta dengan teknik dasar untuk memfasilitasi peserta secara partisipatif. Laeli dan Ratnasari mengajak peserta untuk memahami Bab III dan IV panduan teknis GASELOR, terutama hubungan antara kesetaraan gender dan status gizi keluarga. Dengan mengidentifikasi aktivitas 24 jam bagi perempuan dan laki-laki, peserta memahami peran lipat tiga (gender triple roles) yang berdampak pada perempuan sehingga laki-laki didorong untuk berbagi peran dengan perempuan untuk mengerjakan beban kerja domestik di rumah, misalnya membersihkan rumah, mencuci piring/pakaian, memasak, memandikan anak, dll. Teguh dan Musa mengajak peserta untuk memahami Bab V panduan teknis GASELOR tentang pangan lokal B2SA. Teguh menyatakan bahwa Kementerian Kesehatan sangat mendorong konsumsi B2SA dan pangan lokal, sementara Musa menyatakan hasil uji pestisida DKP TTS untuk komoditas sayuran di TTS menunjukkan hasil positif, artinya sayuran seperti sawi putih dan bayam di beberapa desa sampel mengandung pestisida kimia. Oleh karena itu, Dinas Ketahanan Pangan TTS mendorong penggunaan pupuk dan pestisida organik untuk tanaman sayuran dalam mendukung program Bapanas 2026 untuk pangan aman. Pdt Sepri membekali peserta untuk memahami aspek psikososial laki-laki Timor, termasuk identitas maskulin, ekspresi emosi, peran dan tanggung jawab, serta kesehatan mental. Hal ini menjadi dasar bagi tenaga kesehatan saat berkomunikasi dan mengajak laki-laki untuk berpartisipasi dalam program GASELOR. Yahya Ado membekali peserta untuk menggunakan teknik komunikasi persuasif dalam mengajak laki-laki untuk bergabung dalam program GASELOR, termasuk empati, mendorong kepedulian, dan memberikan contoh perilaku ayah yang positif dalam keluarga.

Melalui pelatihan ini, peserta melakukan simulasi bermain peran dalam kelompok yang mengangkat kasus-kasus resistensi masyarakat yang dihadapi oleh tenaga kesehatan di desa-desa. Pelajaran yang dipetik dari simulasi bermain peran antara lain pentingnya memberikan apresiasi, mengeksplorasi masalah keluarga bersama, memahami gestur tubuh, dan berkomunikasi dalam kalimat sederhana (menghindari istilah yang sulit). Maka, penting bagi tenaga kesehatan untuk memahami latar belakang orang yang diajak bicara dan mempersiapkan baik keterampilan komunikasi maupun topik materi yang akan disampaikan. Selain itu ada beberapa masukan dari peserta untuk panduan teknis GASELOR, termasuk informasi tentang penyebab dan dampak stunting, serta hubungan antara kesetaraan gender dan status gizi keluarga, yang penting sebagai bahan buklet untuk disampaikan pada masyarakat.