Kecamatan Noebeba, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur
Desa Oe’ekam terletak di Kecamatan Noebeba, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Desa ini menjadi bagian dari sub lanskap Daerah Aliran Sungai (DAS) Noelmina dan Benain di Nusa Tenggara Timur. Letak geografis ini memengaruhi kehidupan masyarakat desa, terutama dalam sektor pertanian yang didukung oleh ketersediaan lahan pertanian yang cukup luas.
Di dalamnya, terdapat 12 desa yang menjadi bagian dari sub lanskap ini, termasuk Desa Oe’ekam. Karakteristik penghidupan desa dalam sub lanskap ini dinilai berdasarkan lima modal penghidupan: sumber daya manusia, finansial, fisik, sumber daya alam, dan sosial. Secara keseluruhan, Desa Oe’ekam memiliki skor penghidupan sebesar 3,42 dari nilai maksimal 5, menunjukkan bahwa kehidupan di desa ini relatif baik.
Modal penghidupan yang paling kuat di desa ini adalah modal fisik dan sumber daya alam, karena tersedianya lahan pertanian yang melimpah dan dukungan pemerintah terhadap kegiatan pertanian. Di sisi lain, modal sumber daya manusia adalah yang terendah, dikarenakan kurangnya penyuluhan, pelatihan, dan informasi terkait praktik pertanian dalam beberapa waktu terakhir.
Desa Oe’ekam merasakan dampak perubahan iklim dalam bentuk berbagai kejadian luar biasa (shocks) yang sangat mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Dampak paling signifikan yang dirasakan oleh rumah tangga di desa ini adalah kekeringan dan kemarau panjang, serta serangan hama dan penyakit yang berkaitan dengan perubahan iklim. Kekeringan ini mengakibatkan keterbatasan sumber air, terutama untuk pengelolaan lahan pertanian, sehingga menyebabkan beberapa rumah tangga harus membeli air untuk kebutuhan pertanian.
Selain itu, cuaca ekstrem seperti banjir bandang, angin puting beliung, dan kebakaran lahan juga menambah tekanan pada kondisi kehidupan di desa. Upaya mitigasi yang dilakukan masyarakat masih terbatas, di mana 90% rumah tangga menyatakan belum melakukan tindakan mitigasi untuk mengurangi dampak negatif perubahan iklim.
Hasil analisis menunjukkan bahwa masyarakat mengandalkan modal sumber daya alam modal fisik karena tersedia banyak lahan pertanian, baik milik pribadi ataupun lahan yang disewa yang dapat dikelola untuk mendukung pemenuhan kebutuhan pangan dan sebagainya. Selain itu, terdapat peran aktif pemerintah desa dalam mendukung kegiatan pertanian masyarakat.
Desa ini juga menerapkan sistem pertanian yang beragam, terutama kebun campur jagung, kacang-kacangan seperti kacang nasi, kacang hijau, dan kacang tanah yang diusahakan di kebun dan pekarangan. Keragaman ini juga mencakup sumber penghidupan masyarakat, yang bervariasi berdasarkan tingkat kerentanan rumah tangga, terutama dalam menghadapi kejadian tak terduga. Proses pengambilan keputusan dan tingkat pencapaian rumah tangga menjadi indikator kunci untuk mengembangkan strategi penghidupan yang tangguh dan berkelanjutan.
Diimplementasikan dengan kerjasama pemerintah daerah dan didanai oleh pemerintah Kanada, ICRAF menjalankan proyek Land4Lives untuk memperkuat penghidupan yang tahan terhadap perubahan iklim dan ketahanan pangan, dengan penekanan khusus pada mendukung masyarakat rentan, terutama perempuan.