Desa Turu Adae

Kecamatan Ponre, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia

Desa Turu Adae terletak di Kecamatan Ponre, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan. Lokasinya termasuk dalam daerah sub lanskap DAS Walanae, yang terbagi menjadi daerah hulu, tengah, hilir, dan pesisir. Lahan pertanian merupakan sumber utama penghidupan, dan terdapat hutan desa yang dapat dikelola oleh masyarakat. Tradisi lokal juga memainkan peran penting dalam pengelolaan lahan, seperti kegiatan adat sebelum panen dan berbagi informasi tentang sarana produksi.

Kehidupan masyarakat di Desa Turu Adae secara keseluruhan mencerminkan interaksi antara modal penghidupan, sistem usaha tani, serta keterlibatan aktif perempuan dan pemuda dalam membangun strategi penghidupan yang berkelanjutan.

Desa Turu Adae merasakan dampak perubahan iklim melalui beberapa kejadian luar biasa yang mempengaruhi kehidupan masyarakat, terutama dalam sektor pertanian. Beberapa dampak signifikan yang dirasakan adalah kekeringan dan kemarau panjang, banjir bandang dan serangan hama, perubahan jadwal tanam. 

Kekeringan dan kemarau panjang menjadi salah satu masalah utama yang dihadapi oleh petani, karena menyebabkan penurunan produktivitas pertanian dan kesulitan dalam mengakses air untuk irigasi. Selain itu, hal ini juga dapat mempengaruhi ketersediaan pangan dan pendapatan keluarga. Selain kekeringan, banjir bandang dan serangan hama menjadi ancaman yang memperburuk situasi ekonomi dan ketahanan pangan masyarakat. Beberapa rumah tangga mulai menyesuaikan jadwal tanam mereka untuk mengantisipasi perubahan cuaca, seperti memperhatikan awal musim hujan. Namun, sebagian besar rumah tangga masih menggunakan jadwal tanam tradisional tanpa perubahan yang signifikan​. 

Meskipun terdapat upaya mitigasi dengan menanam pohon dan tanaman penutup tanah, masyarakat Desa Turu Adae masih memerlukan lebih banyak penyuluhan dan pendampingan untuk menghadapi tantangan perubahan iklim secara lebih efektif

Masyarakat mengandalkan modal finansial karena terdapat penyediaan modal finansial berupa modal usaha biasanya diperoleh masyarakat dari program KUR (Kredit Usaha Rakyat) dan penyediaan pendanaan dari BUMDes.

Desa ini juga menerapkan sistem pertanian yang beragam, terutama padi sawah tadah hujan. Keragaman ini juga mencakup sumber penghidupan masyarakat, yang bervariasi berdasarkan tingkat kerentanan rumah tangga, terutama dalam menghadapi kejadian tak terduga. Proses pengambilan keputusan dan tingkat pencapaian rumah tangga menjadi indikator kunci untuk mengembangkan strategi penghidupan yang tangguh dan berkelanjutan.

Diimplementasikan dengan kerjasama pemerintah daerah dan didanai oleh pemerintah Kanada, ICRAF menjalankan proyek Land4Lives untuk memperkuat penghidupan yang tahan terhadap perubahan iklim dan ketahanan pangan, dengan penekanan khusus pada mendukung masyarakat rentan, terutama perempuan.