Deskripsi Area

Di Sumatera Selatan, Land4Lives berfokus pada mitigasi terhadap perubahan iklim di Kabupaten Banyuasin dan Musi Banyuasin.  Kegiatan dilaksanakan di enam desa di wilayah KPH Lalan Mendis (Musi Banyuasin), serta enam desa di wilayah KHG Saleh-Sugihan (Banyuasin). Mayoritas wilayah KPH Lalan Mendis adalah hutan produksi, sementara KHG Saleh Sugihan merupakan salah satu KHG (Kesatuan Hidrologis Gambut) prioritas restorasi di Provinsi Sumatera Selatan.

KHG Saleh Sugihan

KHG Saleh Sugihan, dengan luas wilayah 188.714 hektar, terbagi menjadi kawasan budidaya seluas 22.888 hektar dan kawasan lindung seluas 165.825 hektar. Namun, menurut peta tata ruang, kawasan budidaya sebenarnya mencakup 74.001 hektar, sementara kawasan lindung 114.713 hektar. Terletak di sepanjang pesisir Laut Cina Selatan, KHG Saleh Sugihan menjadi rumah bagi 14 kelas tutupan lahan. Dari rawa semak yang mendominasi dengan luas 94.272 hektar, hingga sawah sebesar 57.872 hektar dan hutan bakau bekas tebangan seluas 13.069 hektar, setiap kelas tutupan lahan memberikan warna unik bagi lanskapnya.

Di bagian utara KHG Saleh Sugihan, terdapat dua jenis hutan dengan luas total 13.246 hektar, menambah keanekaragaman ekosistemnya. Dengan kegiatan budidaya lahan yang mencapai 66.176 hektar dan lima jenis budidaya yang berbeda, KHG Saleh Sugihan menawarkan potensi besar bagi pengembangan pertanian. Namun, tantangan juga terjadi dengan banyaknya lahan yang kurang produktif, terutama di kelas rawa semak yang mencapai 95.222 hektar.

Tutupan lahan utama di wilayah budidaya didominasi oleh sawah dan lahan pertanian, sementara hutan rawa sekunder menjadi ciri khas kawasan hutan lindung. KHG Saleh Sugihan, tempat Suaka Margasatwa Padang Sugihan berlokasi, merupakan salah satu kawasan konservasi yang penting untuk perlindungan gajah.

Untuk ketahanan pangan, Data Penilaian Ketahanan dan Kerentanan Pangan (FSVA) yang dihasilkan oleh Badan Ketahanan Pangan Indonesia dijadikan sebagai pendekatan analitis. Namun, di Sumatera Selatan, data FSVA hanya tersedia hingga tingkat kecamatan, dengan analisis yang dilakukan di tingkat desa. Hal ini dapat berpotensi menurunkan akurasi hasil analisis. Sub-lanskap (SL) 02, 03, 09, dan 16 diidentifikasi sebagai kelompok yang paling rentan terhadap ketahanan pangan.

Dalam proses nominasi, kami memilih tiga sub-lanskap yang mewakili tiga tingkat keseimbangan ekosistem: rendah, menengah, dan tinggi. Nominasi tersebut didasarkan pada evaluasi nilai Ekosistem (ES), peta kerentanan ketahanan pangan, risiko bencana (seperti banjir dan kekeringan), tutupan lahan, posisi yurisdiksi, serta melibatkan diskusi fokus dengan pemangku kepentingan terkait.

Peta tutupan lahan dan peta indeks ketahanan dan kerentanan pangan KHG Saleh-Sugihan, Provinsi Sumatera Selatan (sumber: KLHK 2020)
KPH Lalan Mendis

KPH Lalan Mendis terletak di Sumatera Selatan dengan luas 315.583 ha dan tergolong hutan produksi. Berdasarkan sebaran gambut pada tahun 2019, KPH Lalan Mendis memiliki luas lahan gambut sekitar 193.096 ha (61%). KPH Lalan Mendis mempunyai 8 KHG dengan wilayah dominan berada di KPH Merang – Ngirawan (73.808 ha), Ngirawan – Sembilang (63.589 ha) dan Lalan – Merang (50.991 ha). Kegiatan Land4lives berfokus pada kawasan non-konsesi atau kawasan pengembangan masyarakat di bawah program perhutanan sosial.

Sub-lanskap (SL) di KPH Lalan Mendis diklasifikasikan berdasarkan lokasi, nilai ekosistem (ES), peta kerentanan ketahanan pangan, bahaya (banjir-kekeringan), tutupan lahan, posisi yurisdiksi, dan diskusi kelompok terfokus dengan pemangku kepentingan terkait. Sub-lanskap yang letaknya berdekatan dengan kawasan konservasi adalah SL1 dan SL2. Sub-lanskap yang berdekatan dengan kawasan bukan hutan (APL) adalah SL3, SL4 dan SL5. Sementara sub-lanskap yang terletak di tengah-tengah KPH adalah SL6.

Tutupan lahan di KPH Lalan Mendis yang terletak di kawasan non-konsesi, berbatasan dengan area perhutanan sosial. Sebanyak 16 kelas tutupan lahan telah teridentifikasi di wilayah penelitian ini. Kebun campuran merupakan kelas yang paling mendominasi dengan luas mencapai 30.361 hektar, diikuti oleh rawa semak dengan luas 23.786 hektar, dan hutan rawa bekas tebangan dengan luas 12.399 hektar. Tiga tipe hutan dengan total luas 15.547 hektar tersebar di sebelah timur KPH Lalan Mendis. Wilayah studi ini menghadapi banyak area yang saat ini kurang produktif, mencakup 24.822 hektar yang tersebar di daerah rawa dan daerah kering.

Melalui hasil FGD, didapatkan tambahan informasi bahwa SL 4 merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jambi dan memiliki peruntukan lain (APL). Di kawasan ini, terdapat gambut yang memenuhi kriteria gambut dalam, sering kali menjadi lokasi kebakaran lahan, dan masuk dalam kategori wilayah dengan tingkat kerawanan bencana yang tinggi. SL4 juga memiliki 5 usulan IUPHkm baru, yang sebelumnya diajukan melalui kemitraan dengan KPH.

Di sisi lain, informasi tambahan dari SL 6 mengindikasikan bahwa beberapa kawasan di dalamnya termasuk dalam wilayah PT. Areal konsesi HTI RHM. Beberapa di antaranya telah ditetapkan sebagai Hutan Desa dan menjadi sasaran HAKI (Desa Kepayang). Namun, terdapat konflik kepentingan di dalam kawasan Hutan Desa tersebut. Selain itu, terdapat Kelompok Masyarakat Peduli Air aktif di daerah ini, serta wilayah yang telah diberikan izin IUPPHK-RE Rimba Hutan Sumatera.

Perhutanan sosial dengan tata ruang tidak ada konsesi di Sub Lanskap Kesatuan Hutan Lalan Mendis. Provinsi Sumatera Selatan dan Peta tutupan lahan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lalan Mendis-non konsesi, Provinsi Sumatera Selatan