August 29, 2024

Cerita dari Desa #1: Semakin makmur dengan bank sayur

Ilham Sazili dan Meliani Sulista
Mahasiswa Universitas Sriwijaya, Sulawesi Selatan


Seri Cerita dari Desa menampilkan potret kehidupan petani yang ditulis oleh mahasiswa peserta program Muda-Mudi Peduli Pertanian Cerdas Iklim Land4Lives, berdasarkan pengalaman mereka mendampingi petani beradaptasi dengan dampak perubahan iklim.


Hasil panen milik anggota yang disetorkan (Meliani Sulista/ICRAF)

Desa Ganesha Mukti merupakan salah satu desa transmigrasi yang terletak di Kecamatan Muara Sugihan, tepatnya di jalur 14. Nama Ganesha Mukti berasal dari dua suku kata yaitu “Ganesha” yang artinya gajah, dan “Mukti” yang berarti kebahagiaan. 

Pada masa awal penempatan masyarakat transmigrasi, desa ini merupakan tempat yang sangat sering dikunjungi dan dilewati oleh gajah. Pada tahun 1980, penduduk transmigran dari Jawa mulai menempati desa ini dan pada tahun 1982, penduduk transmigran lokal dari suku Bugis juga mulai menetap di sini.

Sebagian besar penduduk Desa Ganesha Mukti memiliki mata pencaharian sebagai petani padi, serta petani perkebunan kelapa, pinang, dan jagung, yang umumnya pekerjaan ini  dilakukan oleh laki-laki. Kegiatan pertanian ini biasa dilakukan di lahan sawah dan perkebunan. 

Beberapa perempuan, khususnya ibu rumah tangga, juga melakukan praktik pertanian berupa budidaya sayuran dengan memanfaatkan pekarangan rumah mereka. Pemanfaatan pekarangan rumah ini diperkuat dan dipicu dengan slogan warga Desa Ganesha Mukti “Tidak ada sejengkal tanahpun di Desa Ganesha Mukti yang tidak menghasilkan”. Kegiatan ini dijalankan oleh para ibu rumah tangga yang merupakan anggota dari Kelompok Wanita Tani (KWT) Srikandi.

KWT Srikandi adalah sebuah kelompok yang anggotanya adalah para ibu rumah tangga yang aktif dalam bidang pertanian dan berkebun. KWT Srikandi di Desa Ganesha Mukti, memiliki 30 anggota yang dipimpin oleh seorang ketua. Aktivitas pokok mereka adalah menanam berbagai jenis sayuran di halaman rumah masing-masing. Kebanyakan sayur tersebut ditanam untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. 

Menanam sayuran di pekarangan rumah dapat menghasilkan panen yang melimpah, seperti yang dialami oleh Ibu Siti Sari, anggota KWT Srikandi. Menanam kangkung di lahan seluas sekitar 4x6 meter dapat menghasilkan 20-25 ikat. Jumlah panen sebanyak itu melebihi dari kebutuhan konsumsi pribadi. Dari masalah inilah muncul bank sayur yang memberi solusi. Anggota ataupun petani yang kelebihan hasil panen bisa menjualnya melalui bank sayur.

Bank sayur adalah suatu wadah yang bergerak dalam mengelola, menampung, dan memasarkan hasil pertanian dari para pemasoknya. Namun, bank sayur tidak hanya menerima sayuran dari anggota kelompok saja tetapi juga terbuka untuk petani di Desa Ganesha Mukti yang tidak tergabung dalam KWT Srikandi. 

Bank sayur ini mulai dibentuk pada Agustus 2023, atas kesepakatan dari anggota KWT Srikandi dan membentuk struktur yang terdiri dari seorang ketua, sekretaris, dan bendahara. Terbentuknya nama bank sayur terinspirasi dari bank sampah, karena kedua komunitas ini sama-sama bergerak dalam bidang pengolahan dan penampungan namun yang membedakan adalah barang yang dikelola. 

Bank sayur memberikan solusi yang sangat efektif bagi anggota yang menghasilkan lebih banyak sayuran daripada yang dapat mereka konsumsi atau jual secara individu. Inisiatif ini tidak hanya membantu dalam mengelola dan memasarkan hasil panen, tetapi juga memberikan keuntungan dalam segi ekonomi bagi anggota kelompok maupun petani.

Sistem kerja bank sayur ini bermula dari anggota kelompok dan petani yang menyetorkan hasil panen mereka, kemudian bank sayur akan mengelola dan menampung sayuran tersebut, yang selanjutnya akan dipasarkan dengan menjual kepada pengepul dan akhirnya sampai ke tangan konsumen. 

Keuntungan dari penjualan sayuran ini akan dibagi sesuai dengan kesepakatan dalam kelompok, untuk KWT Srikandi sendiri hasil penjualan akan diberikan kepada produsen dan dipotong 10% dari pendapatan untuk dimasukkan ke dalam kas yang akan digunakan untuk keperluan kelompok.

Pada tahap awal, bank sayur hanya menerima hasil panen dari anggota kelompok dan petani yang ada di desa, karena lebih mengutamakan sumber daya yang ada dan untuk memajukan kesejahteraan warga dengan meningkatkan pendapatan per kapita Desa Ganesha Mukti. 

Untuk rencana pengembangan, bank sayur akan menerima pemasok dari luar desa dan membentuk struktur kepengurusan yang lebih baik sesuai dengan bidang-bidang yang diperlukan dalam bank sayur, serta meningkatkan kualitas produk melalui pengelolaan dan pengemasan yang baik, yang kemudian akan didistribusikan untuk menjangkau pasar yang lebih luas seperti supermarket. 

Banyak manfaat dan keuntungan yang diperoleh oleh anggota KWT Srikandi dan petani dengan adanya bank sayur. Anggota yang menjual hasil panen berlebih tentu akan memperoleh keuntungan dan dapat membantu meningkatkan pendapatan mereka. Dibandingkan hanya menjual hasil panen secara individu, bank sayur bisa menjangkau pasar yang lebih luas. Dengan memasarkan hasil panen yang berlebih, bank sayur juga membantu dalam mengurangi limbah makanan dari sayur yang tidak dimanfaatkan dari kebutuhan konsumsi pribadi.

Selain itu, bank sayur menjadi wadah untuk mendorong kerja sama dan solidaritas antar anggota kelompok belajar petani. Bank sayur dikelola oleh wanita tani, memberi mereka peran aktif dalam membantu ekonomi keluarga.

Manfaat bank sayur lainnya adalah membantu dalam menjaga kestabilan harga sayuran dengan mengelola penawaran harga kepada pihak pembeli. Dan dengan memastikan penjualan sayuran yang lebih efisien, bank sayur berkontribusi dalam menjaga ketahanan pangan lokal.

Dari beberapa manfaat dan keuntungan ini, bank sayur tidak hanya meningkatkan kesejahteraan kelompok dan petani tetapi juga ikut serta dalam mendukung pengembangan ekonomi dan ketahanan pangan lokal Desa Ganesha Mukti.


Baca artikel lainnya dalam seri Cerita dari Desa di sini.