Ariel Nainggolan
Mahasiswa Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan
Seri Cerita dari Desa menampilkan potret kehidupan petani yang ditulis oleh mahasiswa peserta program Muda-Mudi Peduli Pertanian Cerdas Iklim Land4Lives, berdasarkan pengalaman mereka mendampingi petani beradaptasi dengan dampak perubahan iklim.
Desa kepayang merupakan desa yang terletak di Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Desa ini berada di sepanjang aliran Sungai Kepayang yang bermuara di Laut Banyuasin Sumatera Selatan. Pada umumnya masyarakat di sekitar desa ini masih memanfaatkan hasil kebun sendiri untuk memenuhi kebutuhan makanan sehari-hari, mengingat desa ini tergolong desa terpencil sehingga masyarakat terdorong untuk menghasilkan sendiri makanan mereka, termasuk dengan budidaya sayuran.
Seperti petani pada umumnya, hampir seluruh warga desa masih lebih mementingkan jumlah hasil daripada kualitas dari setiap tanaman yang mereka budidayakan. Tanaman sayuran yang dibudidayakan masyarakat di Desa Kepayang adalah seperti terong, daun ubi, pakcoy, dan tomat.
Permasalahan yang banyak ditemukan dalam budidaya sayuran di desa ini adalah serangan hama dan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Dua gangguan itu dapat mengakibatkan tanaman layu dan kemudian mati, sehingga tidak jarang tanaman yang diserang oleh hama mengalami gagal panen. Hama yang kerap menyerang tanaman sayuran di Desa Kepayang misalnya belalang, ulat bulu, lalat buah, dan kepik. Berbagai gejala yang dijumpai pada tanaman yang terkena serangan hama mulai dari busuk pada buah, daun bolong, hingga tanaman kerdil dan kering.
Permasalahan ini mendorong warga desa Kepayang untuk mengembangkan cara budidaya tanaman sayuran yang sehat.
Budidaya tanaman sayuran yang sehat merupakan upaya untuk menghasilkan tanaman yang bebas dari campuran bahan kimia yang mengandung zat aktif yang dapat menurunkan kesehatan bagi orang yang mengonsumsinya. Salah satu cara untuk mendapatkan sayuran yang sehat adalah dengan menekan penggunaan pestisida kimia dan menggantinya dengan penggunaan pestisida nabati yang terbuat dari bahan-bahan organik.
Pestisida nabati terbuat dari bahan organik yang dapat dijumpai pada area sekitar tempat tinggal, pestisida ini dapat dikatakan tergolong lebih aman saat digunakan pada tanaman karena tidak mengandung bahan yang berbahaya bagi manusia. Dengan mengurangi atau menghilangkan penggunaan pestisida kimia sintetis, penggunaan pestisida nabati dapat membantu menjaga kesehatan konsumen. Tanaman sayuran yang ditanam dengan menggunakan pestisida nabati kemungkinannya lebih kecil untuk terkontaminasi dengan residu kimia yang dapat berdampak negatif pada kesehatan manusia.
Dewasa ini, belum banyak petani yang menerapkan penggunaan pestisida nabati. Berbagai kendala menjadi alasan para petani seperti minimnya pengetahuan tentang efektivitas penggunaan pestisida nabati. Belum banyak petani yang sudah menerapkan pestisida nabati di tanaman sayurannya karena tanaman sayuran termasuk tanaman yang memiliki hama penyakit yang beragam dengan tingkat kerusakan yang bervariasi dari mulai serangan hama yang tergolong ringan sampai parah. Pengaplikasian pestisida nabati saat ini masih dalam tahap untuk pencegahan, sedangkan untuk pemberantasan hama penyakit secara keseluruhan memerlukan waktu lebih lama dan perlu diintegrasikan dengan pengendalian hama penyakit terpadu.
Ibu Siti Khotijah, warga Desa Kepayang yang memiliki kebun sayur, mengatakan serangan hama pada tanaman sayuran sangat mengganggu dan merugikan petani lainnya. Menurut penuturan Ibu Siti Khotijah, penggunaan pestisida kimia saat ini masih menjadi pilihan utama, akan tetapi harganya masih tergolong mahal untuk digunakan pada tanaman yang dapat dikategorikan cukup untuk konsumsi sehari-hari. Oleh karena itu, Ibu Siti Khotijah saat ini mulai menggunakan pestisida nabati karena dengan demikian dapat mengurangi biaya belanja rumah tangganya dan sayurannya lebih banyak yang bisa dipanen.
Inisiasi yang dilakukan oleh Ibu Siti Khotijah diawali melalui kedatangan tim ICRAF Indonesia yang mengenalkan informasi tentang dampak penggunaan pestisida kimia terhadap tanaman dalam rangka kegiatan riset-aksi Land4Lives. Tim ICRAF membagikan pengetahuan tentang cara pembuatan pestisida nabati yang dari segi ekonomis terjangkau dan dari segi efektivitas cukup berdampak untuk menekan serangan hama pada tanaman sayuran di Desa Kepayang. Ibu Siti Khotijah pun bergabung dengan kelompok belajar yang diinisiasi oleh tim ICRAF dan warga desa.
Pestisida nabati yang digunakan beliau terbuat dari bahan seperti daun pepaya, bawang merah, daun sirsak, tembakau rokok dan deterjen untuk perekat. Semua bahan ini dihaluskan kemudian direbus selama 10 menit. Bahan yang sudah direbus kemudian didinginkan sebelum diekstrak untuk diambil air perasannya. Bahan yang sudah disaring, didiamkan di dalam botol bekas air mineral selama 1 malam sebelum digunakan.
Ibu Siti Khotijah mengaku, pada awal pembuatan masih ada keraguan untuk menggunakan pestisida nabati, mengingat kondisi tanaman terong yang parah akibat serangan hama. Dalam sekilas terlintas di benak beliau bahwa tidak akan bisa panen dari tanaman tersebut.
Namun setelah pengaplikasian pestisida selama kurang lebih tiga minggu dengan dosis pemberian dua kali dalam satu minggu, tanaman terongnya berbuah dan berhasil dipanen. Buah yang besar dengan tekstur yang menarik menjadi semangat baru dari Ibu Siti Khotijah kembali untuk membuat pestisida secara mandiri.
Budidaya sayuran dengan memperhatikan kualitas dan kesehatan dari tanaman yang dihasilkan sangat penting bagi kesehatan orang yang mengonsumsinya. Penggunaan pestisida nabati sebagai pengganti pestisida kimia menjadi salah satu upaya untuk melakukan pertanian sehat, selain itu dapat meminimalkan pengeluaran petani dalam melakukan pemeliharaan tanaman sayurannya.