November 22, 2024

Cerita dari Desa #4: Melawan hama monyet di kebun jeruk agroforestri

Fanny Anggara
Mahasiswa Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan


Seri Cerita dari Desa menampilkan potret kehidupan petani yang ditulis oleh mahasiswa peserta program Muda-Mudi Peduli Pertanian Cerdas Iklim Land4Lives, berdasarkan pengalaman mereka mendampingi petani beradaptasi dengan dampak perubahan iklim.


Pek Riyadi dan pohon jeruknya. (Fanny Anggara/ICRAF Indonesia)

Pak Riyadi merupakan seorang petani di Desa Muara Medak yang tergabung dalam kelompok belajar yang difasilitasi oleh ICRAF. Desa Muara Medak adalah desa yang terletak di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, dengan masyarakat yang rata-rata memiliki penghasilan dari bertani dan salah satu penghasilan Pak Riyadi dari perkebunan jeruk. 

Pria berusia 50 tahun itu merupakan sosok yang pekerja keras dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, terutama soal bertani. Dia selalu mencari cara untuk membuat kebun jeruknya mendapatkan hasil yang diharapkan. Selama ini, Pak Riyadi mengelola kebunnya dengan mengandalkan cara-cara yang diajarkan secara turun-temurun. Kedatangan tim ICRAF Indonesia dalam kegiatan riset-aksi Land4Lives ke Muara Medak membuka matanya pada cara-cara bertani yang cerdas iklim.

Pak Riyadi memilih untuk menanam jeruk karena beliau melihat bahwa lahan gambut yang gembur dan terletak di tengah kebun karet yang dimilikinya cocok untuk tanaman jeruk. Pak Riyadi mengelola kebun jeruknya dengan sistem agroforestri yakni dengan mengombinasikan jeruk dan pohon sengon dalam satu lahan untuk mengoptimalkan penggunaan lahan.

Dengan luas lahan 1 Ha pada musim panen Pak Riyadi bisa memperoleh hasil mencapai 1,5 ton jeruk segar. Tanaman sengon yang ditanam di kebun jeruknya diharapkan dapat menunjang kualitas kesuburan tanah melalui daun-daunnya yang lapuk, bahan organik bagi tanah dan sumber nitrogen untuk tumbuhan.

Tantangan yang harus dihadapi Pak Riyadi dalam mengelola kebun jeruknya cukup beragam seperti kondisi tanah yang harus diperhatikan. Selain itu, karena desa ini masih termasuk kawasan hutan yang merupakan tempat tinggal kawanan monyet. Maka, hama monyet pada kebun jeruk ini merupakan hal yang paling meresahkan bagi Pak Riyadi karena kawanan monyet tersebut merusak tanaman dan mengambil buah jeruk yang diharapkan dapat dipanen oleh Pak Riyadi.

Melawan hama monyet

Untuk mengurangi serangan hama monyet, Pak Riyadi selalu menyempatkan waktunya untuk mengecek kebunnya, dan mengendalikan hama monyet tersebut dengan cara-cara unik. Hal lain yang juga menjadi tantangan adalah kualitas buah jeruk yang pecah, karena dapat mengurangi harga buah jeruk yang pada akhirnya akan menurunkan penghasilan.

Buah jeruk siap panen milik Pak Riyadi (Foto: Fanny Anggara/ICRAF Indonesia)

Dalam mengendalikan hama monyet, Pak Riyadi menggunakan berbagai macam cara tradisional. Salah satunya adalah memberi makan anjing liar supaya anjing liar tersebut mau menunggu kebun untuk menjaga kebun dari kawanan monyet.

Cara lainnya yang unik, dan cukup efektif, adalah menjebak monyet. Ketika sudah mendapatkan monyet, Pak Riyadi memberikan kalung dengan bel yang berbunyi nyaring ketika digerakkan dan kemudian dilepaskan kembali. Ketika monyet yang sudah dikalungi bel tersebut kembali ke habitatnya, monyet yang lain akan ketakutan karena suara berisik yang dihasilkan dan menyebabkan efek trauma bagi monyet lain. Cara ini membuat kawanan monyet tidak lagi mendekati kebun jeruk tersebut. 

Sedangkan cara Pak Riyadi dalam mengatasi kondisi buah jeruknya yang pecah ketika menjelang matang, adalah dengan mengonsultasikannya kepada tim ICRAF yang datang berkunjung setiap 2 minggu sekali. Dari ICRAF, Pak Riyadi mendapat jawaban yaitu dengan pengaplikasian air kelapa. 

Penambahan air kelapa dapat dijadikan salah satu alternatif nutrisi, karena mengandung berbagai mineral di antaranya K, Ca, Na, Mg, Fe, Cu, S, gula dan protein, serta hormon alami yaitu auksin dan sitokinin yang berperan sebagai pendukung pembelahan sel.

Ilustrasi monyet yang menjadi hama di kebun jeruk Pak Riyadi. (Wikimedia commons)

Sistem pertanian dan praktik-praktik agroforestri merupakan salah satu cara yang cukup efektif untuk mengoptimalkan penggunaan lahan dan memenuhi kebutuhan bahan organik juga dapat terpenuhi melalui daun dan ranting pohon yang berjatuhan. Akan tetapi dalam pelaksanaannya terdapat tantangan atau rintangan yang harus dilewati guna memperoleh hasil panen yang diinginkan. 

Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, petani perlu aktif mencari informasi cara-cara mengendalikannya, seperti yang sudah dilakukan oleh Pak Riyadi dari Desa Muara Medak.


Baca artikel lainnya dalam seri Cerita dari Desa